Hasil Survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO) menemukan adanya tren penurunan elektabilitas dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar akibat adanya dukungan dari masing-masing ketua umumnya terhadap wacana penundaan Pemilu 2024.
Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menyatakan, penurunan elektoral pada ketiga parpol tersebut berimbas pada perubahan peta rencana koalisi politik 2024.
Partai Golkar yang semestinya punya kekuatan untuk menggalang dukungan pencapresan ketumnya, kini perlahan meredup.
"Perubahan itu bisa pengaruhi rencana koalisi 2024, semula Golkar punya kans memimpin koalisi, tetapi kini bisa saja Golkar hanya akan jadi mitra koalisi, mimpi mengusung Airlangga Hartarto bisa juga gagal di tengah jalan" kata Dedi dalam keterangannya yang diterima populis.id Jumat (25/3/2022).
Baca Juga: Peringatan Imin Buat Zulkifli Hasan Cs Nggak Main-main, Siap-siap Saja Kalau Berani Usik PKB
Partai Golkar yang sebelumnya masuk dalam jajaran tida besar besar telah turun ke posisi empat dengan torehan elektabilitas 8,5 persen. Penurunan ini membuatnya disalip oleh Partai Demokrat yang merangkak naik ke posisi tiga dengan elektabilitas 10,3 persen.
Begitu pun dengan PKB yang terjun bebas ke posisi tujuh dengan elektabilitas 4,6 persen. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar harus rela partainya dibalap oleh Partai Nasdem besutan Surya Paloh dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca Juga: Golkar Jakarta Solid Dukung Airlangga Capres dan Ahmed Zaki Cagub DKI
"Ini sejalan dengan wacana penundaan Pemilu yang digaungkan oleh Muhaimin. Sehingga momentum penurunan sejalan dengan itu, PKB dan Muhaimin sama-sama terperosok," kata Dedi.