Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menyampaikan, para produsen minyak goreng (migor) curah ditargetkan memproduksi 14 ribu ton per hari seluruh Indonesia. Target itu setara 319 ribu kilo liter per bulan atau melampui rata-rata kebutuhan migor curah sekitar 388 ribu kilo liter dalam satu bulan.
"Mulai pekan ini sudah mulai (produksi) kecuali di lima provinsi yang selama ini tidak dimasuki minyak goreng curah, tapi mereka juga harus bisa menikmati minyak goreng curah sesuai HET," kata Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga dalam Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi IV DPR, Rabu (30/3).
Baca Juga: Ingkar Janji Ungkap Mafia Minyak Goreng, MAKI Menggugat Praperadilan Kemendag, Siap-siap!
Sahat menjelaskan, kelima provinsi itu di antaranya NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Menurutnya, sejauh ini masyarakat di sana sudah terbiasa mengonsumsi minyak goreng bentuk kemasan. Namun, kata Sahat, pihaknya telah berbicara dengan Kementerian Perhubungan agar fasilitas tol laut bisa dimanfaatkan untuk pengiriman minyak goreng curah ke lima provinsi tersebut.
Di satu sisi, diperlukan adanya fasilitas pengemasan khusus minyak curah yang sudah memiliki SNI sehingga keasliannya terjamin. "Karena, kalau (minyak goreng curah) kita kirim berupa pack (kemasan) ongkosnya mahal," kata Sahat.
Sahat pun menerangkan, dalam beberapa hari terakhir, para produsen memang membutuhkan waktu untuk proses pendaftaran pabrikan hingga distributor dan agen di sistem Sistem Industri Nasional (SIINas). Hal itu sebagai syarat agar alokasi subsidi bisa diperoleh sehingga harga jual bisa diturunkan.
Lihat Sumber Artikel di Republika Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Republika.