Setelah Presiden Jokowi marah-marah tidak adanya empati dan diamnya para menteri terhadap kenaikan harga minyak goreng dan Pertamax berbuah manis. Mendapatkan sentilan keras presiden, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Afirin Tasrif dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi langsung action.
Saat membuka Rapat Kabinet, Selasa (5/4) lalu, Jokowi kesal dengan kelakuan para menterinya. Salah satu yang disorot Jokowi ada tidak adanya penjelasan dari menteri terkait kepada rakyat kenapa harga Pertamax naik dan harga minyak goreng melonjak.
Jokowi menilai para menteri tidak memiliki empati terhadap masyarakat. Ia pun meminta menterinya memberikan penjelasan kepada rakyat.
“Sikap-sikap kita, kebijakan-kebijakan kita, pernyataan-pernyataan kita harus memiliki sense of crisis, harus sensitif pada kesulitan-kesulitan rakyat,” tukasnya.
Sehari setelah video Jokowi marah-marah beredar, Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Mendag Muhammad Lutfi langsung aksi.
Pertama, Menteri ESDM Arifin. Ia bersama Dirut Pertamina Nicke Widyawati melakukan inspeksi mendadak alias sidak di 5 SPBU di Samarinda, Kalimantan Timur. Tujuannya, melihat ketersediaan BBM yang beberapa hari lalu terjadi antrean panjang.
Arifin tampak mengenakan kemeja putih dengan celana panjang hitam. Dia juga mengenakan topi dan masker berwarna hitam.
Di SPBU 63.706.01 di Kecamatan Astambul, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan, Arifin sempat berbincang-bincang dengan para sopir truk yang sedang mengisi bahan bakar. Dia menanyakan kepada mereka soal pasokan solar untuk mengetahui kondisi riil di lapangan.
Para sopir mengeluhkan soal antrean solar. Agar tidak antre, mereka juga mengaku rela beli solar eceran harga Rp 10 ribu per liter meski di SPBU lebih murah hanya sekitar Rp 5 ribu.
Saat sidak di SPBU Nomor 64.751.17, Jalan Sentosa, Samarinda, Arifin Cs mendapat laporan dari seorang supir truk yang mengatakan adanya kelangkaan di SPBU 61.751.02 di wilayah Loajanan. Arifin pun langsung bergerak melakukan sidak di SPBU tersebut. Namun, setibanya di lokasi tidak ditemukan adanya antrean dan kelangkaan.
Hasil sidak kali ini pun positif. Kata Tasrif, antrean sudah berkurang dan sudah lebih tertib. Harapannya, kondisi seperti ini terus berlanjut dan tidak ada kelangkaan.
“Mudah-mudahan ke depannya bisa lancar terus, terutama dalam menghadapi Ramadan,” ucapnya.
Arifin memahami peralihan konsumsi masyarakat ke BBM bersubsidi akibat adanya disparitas harga yang tinggi dengan BBM non-subsidi. Ia pun harga Pertamina Dex (non-subsidi) dengan Biosolar (bersubsidi) sekarang bedanya sekitar Rp 8.000 per liter.
Baca Juga: Anwar Abbas Ingatkan Jokowi dan Petinggi Negara Hormati...
Dia mengatakan, naiknya harga BBM non subsidi karena konflik Rusia dengan Ukraina sehingga harga minyak dunia melambung tinggi. Meski begitu, kata dia, harga BBM di Indonesia merupakan salah satu yang termurah dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Dalam kesempatan itu, Arifin memberikan sejumlah masukan kepada petugas maupun pengelola SPBU agar tidak terjadi kelangkaan dan antrean panjang dalam pengisian BBM.
Sementara, kemarin, Mendag Muhammad Lutfi menyaksikan penandatangan MoU Kemendag dan Grab secara virtual. Kemendag menggandeng Grab untuk membantu kelancaran distribusi arus barang pedagang pasar rakyat kepada konsumen. Kerja sama ini juga bagian dari digitalisasi pasar.
Sehari sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendukung Kejaksaan Agung (Kejagung) mengusut dugaan kasus korupsi pemberian fasilitas ekspor minyak goreng 2021-2022 yang telah naik ke tingkat penyidikan.
Baca Juga: Jokowi Larang Menteri Bicara Soal Tiga Periode, Faizal Assegaf: Gaya Politik Dusta yang...
“Kemendag mendukung upaya kejaksaan untuk memastikan pelaku nakal yang bermaksud menyelundupkan migor (DMO, DPO) ke ekspor. Diproses secara hukum,” kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan.
Sementara Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Faldo Maldini menyebut teguran Presiden Jokowi kepada sejumlah menteri bukan pertanda akan ada reshuffle kabinet. Faldo mengatakan semua anggota kabinet telah bekerja baik.
Menurutnya, Jokowi hanya ingin mendorong para anak buahnya untuk bekerja lebih keras.
“Presiden Jokowi kan memang pemimpin yang workaholic. Melihat sesuatu yang harus dikerjakan, ya harus selesai. Itu dorongan buat pembantu-pembantu Presiden,” kata Faldo, kemarin.
Lihat Sumber Artikel di Rakyat Merdeka Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Rakyat Merdeka.