Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merasa ganjil dengan kemunculan Partai Mahasiswa Indonesia (PMI) yang tiba - tiba nongol ke permukaan dan bikin heboh publik sebab parpol besutan Eko Pratama ini diketahui telah berbadan hukum dan resmi terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan disebut-sebut sudah memiliki kantor DPD di seluruh Provinsi di Indonesia.
Petinggi KAMI, Syahganda Nainggolan mengatakan, hal yang membuatnya sampai bertanya - tanya adalah sumber anggaran yang dipakai membangun partai ini, sebab sepengetahuan dirinya, pembentukan partai politik jelas memakan ongkos tak sedikit dan butuh proses panjang senjadiakan sebuah parpol itu legal dan diakui negara.
"Ngapain dia buat-buat partai, (memangnya) siapa dia? Dia emang buat kantornya dan sebagainya itu bagaimana? Itu yang menjadi pertanyaan mendasar sebenarnya," katanya saat ditemui Populis.id di kawasan Jakarta Selatan Kamis (28/4/2022).
Menurut Syahganda, Mahasiswa tidak seharusnya ikut - ikutan mendirikan partai politik. Mahasiswa yang dikenal selama ini kata dia bergerak dalam gerakan moral, bukan politik praktis.
"Mahasiswa itu nggak usah buat partai karena mahasiswa itu kerjanya itu kuliah dan menyuarakan kebenaran. Gerakananya lebih pada gerakan moral, bukan politik praktis," tegasnya.
Menurutnya, apabila mahasiswa membuat partai hanya sebatas nama, tapi bukan partai dalam arti sesungguhnya maka itu tidak masalah. Ia lantas mencontohkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mana hizbu artinya adalah partai.
"Kecuali partai dalam pengertian kayak hizbut tahrir, mungkin partai dalam pengertian nama aja. Kalau nama aja nggak apa - apa. Maka supaya nggak membingungkan mereka mending tunjukkan suaranya apa, jangan mau bilang bikin badan, tapi yang disuarakan nggak jelas," tuturnya.
Terkait isu aktor intelektual dari kemunculan partai ini adalah Wiranto, Syahganda mengaku belum bisa memberikan kesimpulan. Meski demikian, ia mengakui ada rumor bahwa sebelum peresmian ini ketua partai bertemu dengan Wiranto.
"Saya belum tau bener, tapi isunya begitu. Ada BEM yang ketemu Wiranto dan membuat gerakan counter terhadap BEM yang sedang berdemo. Sebenarnya nggak usah buat partai, dari dulu mahasiswa itu begini," tuturnya.
Mahasiswa, kata Syahganda, sejak dahulu menyuarakan keadilan melalui gerakan moral, tidak pernah membuat partai politik. Awalnya mereka akan menyuarakan keadilan itu dari kampus, tapi jika tidak diakomodir barulah mereka akan turun ke jalan.
"Jadi kalau benar ini untuk counter, nggak perlu lah. Mereka itu cuma menyuarakan keadilan, pertamanya di kampus tapi kalau ngga direspon ya pasti ke jalan. Memang seperti itu," pungkasnya.