Jokowi Dongkol Jagung Masih Impor! Pak Mentan, Gimana Ini...

Jokowi Dongkol Jagung Masih Impor! Pak Mentan, Gimana Ini... Kredit Foto: Viva

Lebih lanjut, Jokowi mengingatkan, pentingnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Sebab, saat ini harga pangan tengah menin­gkat di banyak negara di dunia. Tak hanya pangan, harga komoditas energi juga menggila. Alhasil, kenaikan harga kedua komoditas itu, membuat inflasi di banyak negara di dunia meningkat.

Bukan kali ini saja Jokowi marah so­al barang-barang impor ini. Saat mem­berikan arahan di acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia 2022, di Bali pada 25 Maret lalu, Jokowi pun mengungkapkan kekesalannya soal ketergantungan Indonesia pada produk impor. Ia geregetan saat mengetahui sepatu polisi dan tentara, kursi, traktor bahkan pulpen masih impor. Padahal menurut dia, produk tersebut tak perlu teknologi canggih untuk membuatnya sehingga bisa dibuat di dalam negeri.

Pidato Jokowi ini mendapat banyak respons. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, wajar kalau Jokowi geram mengetahui jagung dan kedelai masih saja impor. Kata dia, untuk menyelesaikan persoalan ini lakukan dukungan nyata untuk petani. Caranya beri petani pasar dengan membatasi impor sementara.

Baca Juga: Disebut -sebut Sebagai Gubernur Rasis, Orang Dalam Beberkan Fakta Mengejutkan Empat Tahun Anies Baswedan Pemimpin Jakarta, Jangan Kaget!

Kalaupun ada, kenakan tarif untuk­produk impor sehingga harga lebih tinggi. Dengan begitu produk petani punya pasar dan harga. “Jangan biar­kan produksi dan pasar di kartel oleh individu/ korporasi,” cuit Susi, di akun @susipudjiastuti, kemarin.

Selain itu, Susi juga mengingatkan pemerintah untuk memastikan tidak ada kartel impor.

“Pastikan Impor dibatasi, kenakan impor tarif untk semua produk pertanian impor yang kita bisa produksi sendiri. Hasil dari pengenaan impor tarif untuk membantu pertanian dalam negeri, pas­tikan tidak ada kartel impor,” paparnya.

Ekonom Senior, Faisal Basri men­gungkapkan, impor pangan RI terus membesar tiap tahun. Bahkan, kata dia, neraca perdagangan pangan RI selalu defisit sejak 2010. Menurut dia, kalau RI bisa mengatasi ketergantun­gan impor akan memberikan dampak positif bagi ketahanan ekonomi.

“Seandainya perdagangan pangan kita surplus (ekspor lebih besar dari impor), ketahanan ekonomi dan sosial akan lebih tangguh,” ujar @FaisalBasri.

Lihat Sumber Artikel di Rakyat Merdeka Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Rakyat Merdeka.

Selanjutnya
Halaman

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover