PKS: Pemutaran Film G30S/PKI Perlu Dilakukan Sebagai Pengingat Sejarah

PKS: Pemutaran Film G30S/PKI Perlu Dilakukan Sebagai Pengingat Sejarah Kredit Foto: Adiwinata Solihin

Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengingatkan peristiwa 30 September yang diperingati tiap tahunnya sebagai upaya Kudeta pemerintahan Republik Indonesia yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Saat itu, menurutnya PKI mencoba merongrong ideologi Pancasila. Film tentang G-30 S-PKI yang sempat tidak ditayangkan lagi, kini didorong agar diputar kembali.

“Peristiwa G-30 S-PKI merupakan sejarah kelam bangsa kita. Generasi sekarang dan yang akan datang tidak boleh lupa akan sejarah ini. Karenanya kami mendorong TVRI perlu memutar kembali film tersebut sebagai pengingat sejarah,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS itu.

Ia menegaskan komunisme menjadi ancaman bagi kedaulatan bangsa kita. “Hal tersebut merupakan amanat UU RI No. 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) Pasal 4 ayat (3) yang berbunyi ancaman terhadap bangsa dapat berwujud agresi, terorisme, komunisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, dan seterusnya."

Sukamta juga menjelaskan beberapa hal dikhawatirkan dapat menghilangkan sejarah yang pahit tersebut dari memori bangsa. Di antaranya penghapusan kata ‘PKI’ dalam G-30S dari buku-buku pelajaran sejarah di sekolah. Sempat juga ada wacana penghapusan TAP MPRS No. XXV tahun 1966 tentang pelarangan ajaran komunisme, Marxisme, Leninisme.

Baca Juga: Jelang 30 September, Dua Politisi Ini Mendadak Singgung Soal PKI

“Kita bukan ingin membuka luka lama, juga bukan ingin menimbulkan kebencian di tengah masyarakat, tapi hanya agar kita tidak lupa. PKI dulu telah melakukan pembantaian terhadap rakyat Indonesia, khususnya kalangan agamawan, bahkan jenderal-jenderal kita juga menjadi sasaran penculikan dan pembunuhan dengan isu Dewan Jenderal. Namun upaya kudeta ini tidak berhasil. Pemerintah setelah peristiwa itu melakukan penumpasan terhadap PKI dengan melakukan penangkapan dan eksekusi terhadap para anggotanya,” katanya

Sukamta menegaskan, Mungkin saja kita bisa memaafkan sejarah kelam tersebut, tapi tentu tidak boleh melupakan, agar peristiwa serupa tidak terjadi pada masa datang.

“Kita juga bukan anti dengan negara komunis. Toh kita juga bekerja sama dengan negara-negara komunis selama ini. Yang kita anti adalah ajaran-ajaran komunis yang tidak berketuhanan merasuk ke dalam pikiran bangsa kita. Ajaran anti-tuhan tersebut jelas bertentangan dengan jati diri bangsa yang berketuhanan yang terkandung dalam Pancasila,” terang Sukamta.

Selanjutnya
Halaman

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover