Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa Buya Syafii Maarif sepanjang hidupnya menghabiskan waktu untuk mengabdi terhadap agama, masyarakat, dan bangsa.
"Baik melalui pendidikan, dakwah maupun pergerakan sosial dan keagamaan. Buya juga telah menulis puluhan buku dan ratusan artikel yang menjadi rujukan dan warisan intelektual bangsa kita," ujar Yusril, Jumat (27/5/2022).
Selain itu, menurut Yusril, Buya Syafii Maarif begitu sederhana dan bersahaja, sering bergurau tetapi pemikirannya tajam dan kritis.Tak semua orang sepandangan dengan Buya, terutama dalam menganalisis kemajemukan bangsa kita. Namun Buya tetap hangat, menghargai siapapun, walau beda pendapat bahkan mengkritik pandangannya.
Baca Juga: Innalilahi, Mantan Ketum Muhammadiyah dan Dewan Pengarah BPIP Buya Syafii Maarif Wafat, Sempat...
“Satu hal yang harus kita pegang teguh dari warisan pemikiran Buya Syafii. Islam itu universal dan rahmatan lil ‘alamin. Aqidah dan etik yang diajarkan Islam adalah pegangan utama, berlaku abadi. Namun terhadap ajaran sosial dan politik, Islam membuka diri terhadap penafsiran,” ungkap Yusril.
Lebih lanjut, Yusril menjelaskan pemikiran Buya Syafii, Islam tetap relevan dengan zaman yang terus berubah dan di tengah masyarakat yang majemuk. Islam menghargai kemajemukan itu dan menyuruh semua komponen masyakat bekerjasama berbuat kebajikan demi kepentingan bersama.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sampaikan Belasungkawa Atas Wafatnya Buya Syafii Maarif
Secara politik, kata Yusril, Buya memandang tidak ada tabrakan antara Islam dan Pancasila, sepanjang Pancasila itu dikembalikan kepada pemikiran para perumusnya yang merumuskannya sebagai sebuah kompromi antara golongan Kebangsaan dan Golongan Islam.
Pancasila bagi Buya, lanjut Yusril, adalah falsafah negara yang sesuai dengan masyarakat majemuk yang menghargai dan menghormati keberadaan berbagai agama, etnik dan budaya. Pemikiran Buya mengenai Islam dan masalah-masalah Kenegaraan, sangat penting untuk dijadikan rujukan bagi membangun masa depan bangsa.
“Saya mengenal Buya Syafii tahun 1985 ketika sama-sama duduk dalam PP Muhammadiyah di bawah pimpinan Alm AR Fachruddin. Seingat saya, saya mungkin orang pertama memanggilnya Buya karena waktu itu beliau tergolong masih relatif muda (50 tahun). Saya memanggil demikian sambil bercanda,” terang Yusril.
Yusril mengaku berhutang budi kepada Buya Syafii. Terutama ketika dirinya ujian Doktor Ilmu Politik membahas Partai Masyumi (1992), Buya Syafii termasuk salah seorang pengujinya bersama Muhammad Kamal Hassan (Malaysia). Buya sering menasehati Yusril kalau bertemu, tentang banyak hal tentunya.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, Buya Syafii Maarif Sampaikan Pesan Penting untuk Bangsa Indonesia
“Mari kita doakan Buya, semoga Allah SWT mengampuni segala khilaf dan salahnya dan menerima segala amal kebajikan selama hidupnya serta memasukkannya ke dalam surga Jannatun Na’im,” doa Yusril.
Sebelumnya Buya Syafii Maarif meninggal dunia pagi ini, pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Gamping, Yogyakarta.