Ekstremisme dan Radikalisme Ancam Kampus, Mahasiswa Diminta Tak Diam, Suarakan...

Ekstremisme dan Radikalisme Ancam Kampus, Mahasiswa Diminta Tak Diam, Suarakan... Kredit Foto: Taufik Idharudin

Direktur The Lead Institute Universitas Paramadina, Suratno mengingatakan bahwa organisasi teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tak benar-benar mati. Meskipun mereka saat ini sudah tidak punya wilayah seperti beberapa tahun lalu.

"Meski ISIS secara teritorial sudah colabs, tapi secara ideologi dan kelompok tidak benar-benar mati, simpatisan di seluruh dunia termasuk Indonesia masih bergerak. Terutama hal propaganda online," katanya dalam diskusi "Ancaman Propaganda Radikalisme terhadap Kehidupan Toleransi di Indonesia" pada Jumat (03/06/2022).

Baca Juga: Medsos Picu Terorisme, Ketua PBNU Kasih Imbauan: Isi Media Sosial Dengan Narasi Positif!

Ia mencontohkan adanya penangkapan mahasiswa di Jawa Timur baru-baru ini terkait ISIS. Ini menunjukkan simpatisan mereka di Indonesia masih bergerak. Maka, ia berharap mahasiswa tak hanya mengandalkan kampus dalam membentengi diri, tapi punya kesadaran sendiri.

"Mahasiswa sudah dewasa, mahasiswa tidak bisa setiap hari dikontrol oleh universitas. Terlebih terkait aktivisme di luar kampus yang kadang-kadang tidak bisa dikontrol kampus," ucapnya.

Program dari pemerintah menurut dia selama ini pun sudah bagus, misalnya program sekolah atau kampus bebas radikalisme. Hal itu menurutnya satu usaha yang baik dalam menentang terorisme dan ekstremisme.

"Kalau kampus yang di bawah Kemenag sudah punya program pengarus utamaan moderasi beragama sekarang kampus dibawah kemenag, IAN, UIN STAIN rata-rata punya pusat moderasi beragama," paparnya.

Baca Juga: Ribuan Calon Jamaah Haji Berangkat ke Saudi, Menag Sampaikan Deretan Pesan, Simak!

"Pusat moderasi beragama itu harapannya menjadi semacam jembatan, corong pemerintah terkait moderasi bergama," sambung pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini.

Oleh karena itu, program-program dari pemerintah ini harus disambut baik oleh mahasiswa. Sebab, propaganda mereka di internet masih sangat massif, terlebih mereka sangat pintar dalam mengemas ideologinya sehingga diminati para pemuda.

"Mereka rata-rata bukan alumni pesantren atau yang pintar dalam agama, tapi mereka sangat melek tekonologi dan pintar melakukan propaganda. Ini yang perlu diwaspadai," ulasnya.

Baca Juga: Postingan Istri Ridwan Kamil Bikin Sesak Denny Siregar, Pulang ke Indonesia Tanpa Eril, Begini Potretnya!

"Kita harus terus menggelorakan nasionalisme dan budaya, karena itu antitesis radikalisme- ekstremis. Mereka tidak friendly budaya lokal, maka itu bisa menjadi benteng pencegahan," pungkasnya.

Terkait

Terpopuler

Terkini