Wakil Ketua Umum Relawan Ganjar Pranowo Presiden (GPP) Robert Tobing merasa khawatir apabila Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Sebab ia yakini politik identitas akan kembali menguat dan berpotensi terjadinya perpecahan.
Menurutnya, pendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memiliki perbedaan dengan pendukung Anies Baswedan. Ganjar dinilai identik dengan kelompok nasionalis sementara Anies identik dengan kelompok yang berhaluan garis keras.
"Jadi yang kita lihat itu nanti pertarungan ideologi di tahun 2024, itu antara nasionalis dengan garis keras, yang sekarang diwakili oleh sosok Pak Anies, sementara nasionalis akan diwakili Pak Ganjar," kata Robert saat dikonfirmasi Populis.id, Senin (4/7/2022).
Baca Juga: Ganjar Bisa Diangkat Jadi Menpan RB Berkat Pengalamannya, Pengamat Ungkap Fakta ini
Robert menyoroti beberapa tokoh politik senior yang sudah aktif melakukan konsolidasi, seperti Jusuf Kalla (JK). Ia khawatir politik identitas menjelang pilpres 2024 akan kembali digencarkan.
"Dengan kondisi seperti Pak JK dan lain-lain sudah konsolidasi ke bawah kita mulai khawatir nih politik identitas akan main lagi habis-habisan, dan itu akan kacau," tuturnya.
Ia kemudian mencontohkan kasus ketika Pilgub 2017 dimana Anies Baswedan bersaing dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada saat itu, pertarungan sangat kental diwarnai dengan politik identitas hingga menimbulkan kebencian diantara beberapa kelompok yang dampaknya dapat dirasakan hampir seluruh Indonesia.
"Bayangin lah 2017 zaman Ahok, itu kan getarannya sudah se-Indonesia apalagi kalau ini terjadi se-Indonesia. Kita kenceng nih, kita turun bersuara agar politik identitas itu tidak dilakukan lagi, harus ada sanksi," ucapnya.
Baca Juga: Banyak Ditanya Ngapain Sering Safari ke Daerah-daerah? Puan Maharani Ngaku Disuruh Emaknya
Ia meyakini para pendukung Anies Baswedan akan berjuang habis-habisan untuk berkampanye di 2024. Kendati begitu, Robert mengaku tak mau kalah, ia mengatakan pihaknya juga akan berjuang habis-habisan untuk menangkal politik identitas.
"Mungkin dulu zaman Ahok kita counternya kurang, tapi nanti kita akan habis-habisan, saya yakin karena di elit politik identitas ini sudah tidak dapat tempat, ya mudah-mudahanlah (bisa diatasi)," ungkapnya.