Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan Polri agar bekerja hati-hati dan mengedepankan tindakan yang humanis kepada masyarakat.
Pasalnya, Polri dalam menjalankan tugas akan bersinggungan langsung dengan masyarakat. Kinerja Polri juga akan selalu diawasi oleh masyarakat.
Jokowi mengatakan, seluruh rakyat Indonesia menaruh harapan kepada Polri yang memiliki kewenangan besar. "Di manapun Saudara-saudara bertugas, Saudara-saudara selalu dalam pengamatan rakyat, Saudara-saudara selalu dalam penilaian rakyat. Rakyat menilai apakah perilaku Polri sesuai dengan harapan rakyat," ujar Jokowi dalamĀ Upacara Peringatan ke-76 Hari Bhayangkara, di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022).
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Polri Kawal Tiga Agenda Besar Pemerintah Hingga 2024
Jokowi juga mengingatkan bahwa setiap kecerobohan yang dilakukan anggota Polri bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.
"Oleh karena itu, bekerjalah dengan hati-hati, bekerjalah dengan presisi," tegasnya.
Tak hanya itu, Jokowi pun meminta jajaran Polri untuk mengedepankan upaya pencegahan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca Juga: ACT Diduga Sunat Dana Umat: Pimpinan DPR RI Tegas Minta Polri Lakukan Hal Ini, Siap-siap!
"Lakukan berbagai tindakan pemolisian dengan humanis, namun tegas ketika diperlukan. Jadikan penegakan hukum sebagai upaya terakhir, harus taat prosedur, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia," ungkapnya.
Sementara itu, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat, setidaknya telah terjadi 677 peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian pada periode Juli 2021-Juni 2022.
Sejumlah kekerasan itu telah menimbulkan 928 jiwa luka-luka, dan 59 jiwa tewas dan 1.240 ditangkap. Pelanggaran didominasi oleh penggunaan senjata api sebanyak 456 kasus.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan kekuatan yang cenderung berlebihan dan tak terukur, ruang penggunaan diskresi yang terlalu luas oleh aparat, dan enggannya petugas di lapangan untuk tunduk pada Perkap No. 1 Tahun 2008.
Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti menyebut, semboyan Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan) milik Polri hanya sebatas jargon yang sloganistik tanpa diikuti perbaikan riil di lapangan.
"Kepolisian nampak belum serius menghilangkan potret buram dan kultur buruk yang menyasar pada tatanan struktural kepolisian," ujar Fatia dalam keterangan tertulis yang diterima Populis.id, Selasa (5/7).