Ekonom Senior, Faisal Basri mengkritisi pernyataan Luhut Binsar Panjaitan bahwa kebijakan ekspor Ukraina jadi biang kerok harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit jeblok.
Menurut Faisal Basri, anjloknya harga TBS sawit petani itu adalah akibat kebijakan pemerintahan Jokowi.
Hal itu disampaikan Faisal Basri dalam akun Twitter pribadinya, dikutip pada Senin (11/7/2022).
“Pak Luhut, biang keladi harga TBS di tingkat petani anjlok itu pemerintah sendiri yang sempat melarang ekspor,” ujar Faisal Basri.
“Harga TBS sudah turun sebelum Ukraina menggenjot ekspor minyak bunga matahari,” sambungnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan tak lepas tangan soal anjloknya harga Tanda Buah Segar (TBS) Sawit dan minyak sawit mentah (CPO). Luhut sebelum menyebut Ukraina memicu turunnya harga TBS sawit.
Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan itu berpendapat bahwa anjloknya harga TBS sawit petani akibat rusaknya rantai pasok terkait moratorium ekspor, mekanisme perizinan ekspor (PE) yang memakan waktu, kebijakan distribusi minyak goreng yang kacau, tingginya beban pungutan ekspor, dan flusing out.
Kekacauan itulah yang menyebabkan harga TBS petani hancur di bawah kewajaran.
Deddy menganggap pengelolaan CPO dan minyak goreng gagal total. Ekspor tertahan dan merugikan negara, perusahaan sedang dirugikan karena kualitas CPO menurun dan petani kecil menjerit karena harga yang terjun bebas.
Bahkan di saat permintaan global menurun nyaris 30%, harga TBS dan CPO tetap rontok di bawah harga keekonomian.
“Kucurkan juga dong dana kompensasi untuk petani dari bea sawit yang dikumpulkan BPDPKS. Jangan Martua Sitorus dkk saja yang dapat puluhan triliun rupiah,” pungkasnya.
Lihat Sumber Artikel di Fajar Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Fajar.