Indonesia harus belajar dari Sri Lanka agar huru-hara politik tidak terjadi di Tanah Air ini. Seperti diketahui Sri Lanka mengalami kebangkrutan yang telah memicu kemarahan rakyatnya.
Istana Presiden diserbu dan dikuasai rakyat Sri Lanka. Akibatnya, Presiden Gotapaya Rajapaksa dan Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe mundur.
Huru-hara di Sri Lanka, sudah terjadi dalam 2 hari terakhir. Rakyat yang marah lantaran krisis ekonomi yang tak kunjung beres, merencanakan menggelar unjuk rasa besar-besaran di Colombo, Ibu Kota Sri Lanka, Sabtu (9/7/2022).
Baca Juga: Gagal Urus Negara dan Utang Menumpuk, Direktur Gerakan Perubahan: Jokowi Bisa Saja...
Sebenarnya, pemerintah Sri Lanka sudah mencoba menghalangi aksi tersebut. Berbagai cara ditempuh. Mulai dari menerapkan jam malam, menghentikan penjualan BBM, menyetop operasional kereta api dan kendaraan logistik, sampai menuduh pendemo sebagai provokator.
Sebelum-sebelumnya, kebijakan jam malam ini memang efektif mencegah demonstrasi meluas dan membesar. Penyetopan operasi kereta api juga sebelumnya berhasil mencegah massa datang ke ibu kota. Maklum, moda transportasi di sana tinggal kereta api. Mobil pribadi tak bisa jalan karena kehabisan bensin.
Namun, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tersebut gagal. Rakyat yang marah dan lapar, sepertinya sudah tidak takut lagi dengan ancaman-ancaman yang ditebar pemerintah. Ratusan ribu orang nekat pergi ke ibu kota dengan berbagai cara. Ada yang membajak kereta api, menyetop mobil logistik, truk, bahkan naik sepeda ontel. Tujuan mereka satu: menuju Istana Presiden.
Baca Juga: Presiden Sri Lanka Kabur, Fadli Zon Sorot Tajam! "Buah dari Negara Salah Urus"
Tiba di lokasi, massa lalu disambut barikade aparat lengkap dengan water canon. Massa tak gentar. Mereka terus merangsek meski tembakan ke udara dilepaskan beberapa kali. Laporan dari Wirenews menyebut, pengunjuk rasa berhasil merebut satu water canon yang digunakan untuk menjebol barikade.
Akhirnya, Istana Presiden berhasil dijebol oleh rakyat yang berunjuk rasa. Dalam sekejap, Istana tempat Presiden Rajapaksa berkantor dan tinggal, langsung dikuasai rakyat. Massa yang berhasil masuk ke dalam Istana, langsung menggeledah seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Presiden Rajapaksa.
Sayangnya, sebelum massa berhasil menerobos Istana, Presiden Rajapaksa sudah tak ada lagi di sana. Malam sebelumnya, Rajapaksa dilarikan ke Markas Besar Angkatan Darat, lalu dievakuasi ke kapal milik angkatan laut. Video saat petugas menggeret koper milik Rajapaksa banyak tersebar di media sosial.
Baca Juga: Gugatan Judicial Review Ditolak MK, Yusril Naik Pitam: MK The Guardian of Oligarchy!
Di dalam Istana, pengunjuk rasa menggelar "pesta". Dari video dan foto yang beredar di media sosial, mereka meneriakkan yel-yel, foto selfie, dan mandi di kolam renang. Sebagian lagi menguras isi dapur, mengobrak-abrik kamar tidur, mengeluarkan isi lemari, lalu tiduran di ranjang presiden. Sebagian lagi, mencoba fasilitas fitnes dan berbagai kemewahan Istana.
Setelah menguasai Istana, massa lalu meminta Presiden Rajapaksa dan PM Ranil Wickremesinghe untuk mundur. Keduanya dianggap tidak becus memimpin dan membuat negara bangkrut. Rajapaksa akhirnya menuruti permintaan itu. Dia menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Bagaimana dengan PM Ranil? Awalnya, Ranil menolak desakan rakyat untuk mundur dari jabatannya. Penolakan Ranil itu tentu saja membuat rakyat yang sudah jengkel menjadi makin kalap.
Baca Juga: Sekjen Jokpro Beberkan Tanda-Tanda Jokowi Kembali Memimpin di 2024 Berpasangan dengan Prabowo
Puncaknya, massa kemudian mendatangi kediaman pribadi Ranil, lalu membakarnya. Setelah kejadian itu, akhirnya Ranil menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatannya. Keduanya berjanji akan mundur pada Rabu (13/7) mendatang.
Untuk diketahui, Sri Lanka yang mulai dilanda krisis sejak awal tahun lalu, mencapai titik nadirnya awal Juli lalu. Negara yang berada di Selatan India ini, akhirnya bangkrut.
Negara berpenduduk 22 juta ini, tak punya lagi devisa untuk mengimpor barang-barang pokok, BBM, gas, susu, bahkan tisu toilet. Pemerintah pun menghentikan penjualan BBM untuk umum.
Rakyat makin sengsara karena harga kebutuhan pokok meroket. Inflasi di sana mencapai 30 persen. Rajapaksa dianggap sebagai biang kerok krisis tersebut.
Baca Juga: MK Tolak Gugatan Presidential Threshold yang Diajukan Yusril dan La Nyalla
Tak hanya warga dunia, apa yang terjadi di Sri Lanka juga jadi sorotan warga di dalam negeri. Berbagai pihak, mulai dari politisi hingga rakyat biasa, rame-rame mengomentari gerakan people power yang terjadi di Sri Lanka. Karena banyaknya yang komentar, membuat kata kunci ‘Sri Lanka’ menjadi trending topic di Twitter.
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon menilai aksi menyerbu Istana itu lantaran pemerintah gagal mensejahterakan rakyatnya. “Buah dari negara salah urus,” cuit @fadlizon.
Senada disampaikan pengamat ekonomi dan politik, Anthony Budiawan. Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) ini menyebut, apa yang terjadi di Sri Lanka harus jadi pelajaran Indonesia.
Ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Sri Lanka memang sudah meletup dalam beberapa pekan terakhir. Pemicunya adalah kondisi negara yang bangkrut. Imbas dari ketidakpuasan publik ini, sejumlah sekolah ditutup hingga penjatahan bensin dan diesel hanya untuk layanan penting.
Baca Juga: ACT Disarankan Belajar dari Menteri Sri Mulyani, Soal Apa?
Menurutnya, rakyat mempunyai hak penuh menurunkan presiden yang gagal dan menyulitkan kehidupan masyarakat. Ini merupakan hak Kedaulatan Rakyat, hak tertinggi dalam bernegara, sah menurut konstitusi.
"Ini bukan pemberontakan, tapi kebangkitan rakyat melawan tirani," kata Anthony, di akun Twitternya, @Anthony Budiawan.
Dia mengatakan, people power adalah wujud melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, wujud kebangkitan Kedaulatan Rakyat melawan diktator dan tirani.
"Presiden seharusnya memenuhi tuntutan rakyat, mundur: bukan malah melarikan diri, karena akan terus dikejar," ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyampaikan hal serupa. Menurut dia, banyak pelajaran yang bisa diambil dari Sri Lanka. Kata dia, pemerintah jangan sampai mengecewakan rakyat, terutama urusan ekonomi. Karena suatu saat rakyat bisa bergerak.
"Bila ada yang lupa kekuatan rakyat, tengok Sri Lanka," ucapnya.
Lihat Sumber Artikel di Rakyat Merdeka Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Rakyat Merdeka.