Pengamat politik Hendri Satrio menilai peristiwa politik di Sri Lanka harus menjadi pelajaran bagi Indonesia dan para penjabatnya.
"Pembelajaran-pembelajaran harus diambil, Indonesia sebagai negara yang berada di Asia tentu harus waspada," ujar Hensat--sapaan akrab Hendri Satrio--dalam acara Catatan Demokrasi TVOne, Selasa (12/7/2022) malam.
Dia mengatakan, people power yang dilakukan rakyat Sri Lanka dengan menduduki Istana Presiden dipicu oleh dinasti politik keluarga Rajapaksa.
"Dinasti politik di Sri Lanka memang luar biasa. Presiden, Perdana Menteri, Menteri Keuangan itu kakak beradik. Ada lagi sodaranya jadi Menteri Transportasi, terus anaknya Perdana Menteri jadi Menteri Pertanian," ujar Hensat.
Diketahui bahwa dinasti politik keluarga Rajapaksa telah berlangsung selama dua dekade lamanya. Presiden Sri Lanka Gotabay Rajapaksa menempatkan keluarganya di jabatan strategis dalam pemerintahannya.
Mahinda Rajapaksa, kakak kandung Gotabay, menjabat posisi Perdana Menteri. Sebelumnya, ia menjadi presiden Sri Lanka dua periode, tahun 2005-2015.
Adik bungsu Gotabay, Basil Rajapaksa juga menjabat sebagai Menteri Keuangan. Selain itu, anak Mahinda Rajapaksa, yakni Namma pernah menjadi menteri, dan Yoshitha sebagai kepala staf Perdana Menteri.
Hensat kemudian mengingatkan Indonesia jangan sampai seperti itu. Menurutnya, saat ini dinasti politik di Indonesia belum mencapai tingkat nasional, baru sebatas di tingkat daerah.
"Di tingkat daerah banyak sudah (dinasti politik). Yang suami ke istri, istri ke anak dinasti politiknya," ungkapnya.
Jika dinasti politik terus terjadi di Indonesia, kata Hensat, harus berwaspada dengan kekuatan rakyat atau people power. "Jangan bermain dengan kekuatan rakyat. Jadi saat people power itu dilakukan yang terjadi seperti di Sri Lanka," tegasnya.
Sebelumnya rakyat Sri Lanka mengepung dan menduduki Istana Presiden Sri Lanka lantaran krisis ekonomi yang menimpa negaranya. Rakyat Sri Lanka mendesak Presiden Gotabay Rajapaksa segera mundur dari jabatannya karena dinilai gagal mengurus negara.
Presiden Gotabay Rajapaksa dikabarkan telah melarikan diri ke Maladewa sebelum Istananya digeruduk rakyat. Dia juga dikabarkan akan mengumumkan pengunduran dirinya pada Rabu, 13 Juli ini.