Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan memaparkan perkembangan kasus dugaan penyelewengan dana Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Ia mengungkapkan bahwa lembaga itu mengelola dua anggaran yaitu anggaran implementasi dan anggaran operasional.
Berdasarkan hasil penyidikan, ditemukan fakta baru ternyata Yayasan ACT juga mengelola dana umat senilai Rp2 miliar. Dana itu diluar dana Rp130 miliar dari Boeing untuk korban kecelakaan Lion Air. Dari Rp2 miliar itu, ACT diketahui memangkas Rp450 miliar untuk masuk kantong pribadi.
"Atas dana tersebut dari dana Rp2 triliun tersebut dilakukan pemotongan sebesar kurang lebih Rp450 miliar dengan alasan operasional di mana sumber anggaran operasional didapat dari pemotongan yang dilakukan oleh pengurus yayasan," kata Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Jumat (29/07/2022).
Adapun dasar pemotongan anggaran itu adalah surat keputusan dari pengawas dan pembina Yayasan ACT yang memerintahkan pemangkasan donasi umat 20 sampai 30 persen. Surat itu berlaku sejak 2015 hingga 2019. Pada 2020 isi surat dirombak dengan perintah potongan 30 persen.
"Kemudian pada tahun 2020 sampai sekarang, berdasarkan opini komite dewan syariah yayasan ACT, pemotongannya sebesar 30 persen," tegasnya.
"Sehingga total donasi yang masuk ke yayasan ACT dari tahun 2005-2020 sekitar 2 Triliun rupiah. Nah dari dua triliun ini donasi yang dipotong senilai 450 miliar, sekitar 450 miliar atau sekitar 25i seluruh total yang dikumpulkan," tambahnya.
Ia menyebutkan bahwa saat ini empat tersangka terkait kasus tersebut masih menjalani pemeriksaan di Bareskrim sejak pukul 13.30 WIB. Ramadhan juga mengatakan belum ada informasi soal penahanan semua tersangka itu.
"Untuk updatenya nanti kita lihat setelah pemeriksaan yang disampaikan lagi setelah pemeriksaan. Sekali lagi bahwa keempat tersangka sampai saat ini masih dilakukan pemeriksaan oleh penyidik di Bareskrim," pungkasnya.
