Ekspedisi Sungai Batanghari bagian dari Kenduri Swarnabhumi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memasuki etape kedua yakni Kabupaten Tebo di Provinsi Jambi.
Bertetangga dengan Dharmasraya, Kabupaten Tebo dikenal sebagai salah satu sentra perdagangan di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari. Berbagai peninggalan berupa Candi, bangunan peninggalan belanda, produk kuliner, kain batik maupun tarian menunjukkan pentingnya wilayah Tebo di masa lalu.
Destinasi yang cukup terkenal di Kota Tebo adalah Taman Tanggo Rajo. Sebuah taman di pusat Kota Tebo dimana Sultan Thaha Syaifuddin dimakamkan. Tak jauh dari taman, terdapat sebuah bangunan mirip benteng peninggalan Belanda menandakan sengitnya perlawanan rakyat Jambi saat itu.
Baca Juga: Kabar Baik! Dirjen Kemendikbudristek Dukung Pabrik Indarung I Sebagai Cagar Budaya Nasional
Sejarah menuturkan perlawanan diinisiasi oleh ayah Sultan Thaha yakni Sultan Muhammad Fakhruddin yang menolak menjadi penguasa boneka yang dikendalikan oleh Belanda. Kemudian diteruskan oleh puteranya, Sultan Thaha yang naik tahta pada usia 39 tahun.
Namun, lambat laun, Kesultanan Jambi terus terdesak. Sultan Thaha yang bernama asli Raden Toha Jayaningrat bersama pengikutnya terpaksa meninggalkan pusat pemerintahan Kesultanan Jambi di kawasan Tanah Pilih, Kota Jambi dan menuju ke pedalaman Sungai Batanghari.
Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tebo, Mardiansyah, Sungai Batanghari menjadi pusat perjuangan Sultan Thaha dan rakyat Jambi yang mengandalkan transportasi air sebagai penopang operasi gerilya.