Aktivis perempuan Irma Hutabarat menyoroti Putri Candrawathi yang berstatus tersangka pada kasus pembunuhan Brigadir J.
Beredar pada sebuah video di akun Instagram, @berita_gosip, Irma menyebut kalau Putri turut mengganti telepon seluler alias ponsel milik para ajudannya setelah kejadian tersebut untuk menghilangkan jejak pembunuhan.
"Yang namanya korban, itu orang yang menderita karena kekerasan. Yang mati namanya Yosua Hutabarat. Biasanya yang menghilangkan barang bukti itu adalah pelaku. Yang menghilangkan semua handphone itu namanya Putri Candrawathi. Dia mengganti semua handphone dari ajudannya. Pada tanggal 10, Komnas HAM mengatakan, tidak bisa ditemukan pembicaraaan sebelum tanggal 10. Siapa yang mengganti, Putri," kata Irma yang dikutip pada Selasa (6/9/2022).
Ia juga melihat adanya kejanggalan pada keterangan Putri, di mana menurutnya sangat mustahil jika istri jenderal bintang dua yang mengaku dilecehkan ajudannya tidak melaporkan kasusnya kepada kepolisian.
"Apakah ada CCTV di Magelang, tidak ada. Apakah ada visum et repertum, tidak ada. Apakah ada pengaduan kepada polisi di Magelang? Dia itu istri jenderal bintang dua, kalau ada yang berani menyenggol dia, maka yang dia lakukan cukup angkat telepon, diangkut siapa pun itu. Dan itu semua tidak dilakukan," ujarnya.
"Lalu ketika sekarang dia bersikap seolah-olah menjadi korban. Tidak pernah ada korban di dunia ini yang menghilangkan semua barang bukti. Itu kelakukan pelaku untuk menutupi kejahatannya. Itu perlu diingat, kita pakai nalar kritis aja," sambungnya.
Ia juga menilai tudingan pelecehan seksual di Magelang itu menjadi opsi lain untuk menutupi fakta sebenarnya soal kasus Brigadir J. Namun, isu pelecehan seksual di Magelang itu diungkit lagi oleh Komnas HAM saat memaparkan hasil investigasi atas kematian Brigadir J.
Selain itu, sejak awal kasus ini terungkap, Ferdy Sambo dan Putri sudah berbohong dengan membuat skenario hingga melibatkan banyak pihak termasuk penasihat ahli Kapolri, Fahmi Alamsyah.
"Yang kedua, yang memberikan pelaporan palsu soal pelecehan seksual, itu adalah Putri dan Ferdy. Tidak ada yang bisa dipercaya dari seorang pembohong, yang sejak awal menjalankan skenario yang dibuat oleh suaminya dan Fahmi Alamsyah, penasehat ahli Kapolri," tuturnya.
"Jadi kalau kita bicara dari runut, awalnya bagaimana, akar masalahnya bagaimana, tidak bisa tiba-tiba setelah 55 hari, ada yang mengaku kejadian 55 hari yang lalu di Magelang. Tidak se-make sense dan juga tidak mungkin, Putri yang seorang dokter gigi dan istri jenderal tidak paham soal visum, soal pengaduan, soal locus delicti. Jadi ini nonsense yang coba dijejalkan, lalu narasinya dinyanyikan bersama-sama dengan Komnas HAM dan Komnas Perempuan," sambungnya.
Baca Juga: Alamak! Bukan Selingkuh dengan Putri Candrawathi, Saat Kejadian Malah Kuat Ma'ruf Lihat...
Putri Candrawathi juga diduga telah menjanjikan uang banyak kepada para ajudan dan pembantunya jika skenario pembunuhan Brigadir J berjalan mulus.
"Yang namanya perempuan, Putri Candrawathi menjanjikan Rp 1 miliar kepada Richard Eliezer, Rp 500 juta kepada Ricky Rizal, Rp 500 juta kepada Kuat Maruf. Itu Putri Candrawathi yang menjanjikan, berdua dengan suaminya. Jadi janganlah, kita melihat seolah-olah ada perempuan yang naif, yang perlu dilindungi. Itu gak bisa sayang, ada orang mati yang difitnah. Usai sudah tidak laku, usuran yang di Duren Tiga, pindah lokasi, mundur 55 hari yang lalu," pungkasnya.