Ustaz Abdul Somad (UAS) kembali menyinggung soal ia dan keluarganya yang dilarang masuk saat ingin berlibur ke Singapura.
Hal itu disampaikan olehnya saat berbincang-bincang bersama Daniel Mananta beberapa waktu lalu.
Awalnya, Daniel bertanya soal pengalaman UAS dan keluarganya yang dilarang masuk ke Singapura.
UAS sendiri menegaskan kalau dirinya dideportasi, bukan dilarang karena ia dan keluarganya sudah mendapat izin masuk.
“Perdebatan masalah deportasi atau tidak deportasi adalah kalau orang yang belum dapat izin masuk tidak disebut deportasi. Apakah Abdul Somad sudah dapat izin masuk? Ya,” ujarnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube Daniel Mananta Network pada Selasa (6/9/2022).
Ia melanjutkan, “Bisa dilihat, saya minta diputarkan kamera CCTV bahwa mereka (keluarga dan temannya) sudah menunggu koper hampir satu jam. Saya sudah hampir keluar. Lalu kemudian ditarik lagi ke dalam. Lalu mereka itu semua ditarik lagi keluar.”
Setelah itu, Daniel bertanya pendapat UAS mengenai para pendukungnya yang meramaikan tagar ‘boikot Singapura’ imbas pelarangan tersebut.
UAS menjawab, “Kita bangsa yang besar, bangsa yang merdeka, pernah menghadapi berbagai macam. Jadi saya ingin kita sebagai negara yang bertetangga saling menghormati.”
Pendakwah kondang itu sendiri mempertanyakan alasan ia tidak boleh masuk. Pasalnya, ia mengunjungi Singapura hanya untuk berlibur, bukan berdakwah.
Selain itu, soal penilaian Singapura bahwa dirinya radikal, UAS bertanya apakah ada warganya yang meninggal dunia karena dibunuh akibat ceramahnya.
Ia menjelaskan, “Kalau dituduhkan Abdul Somad tidak boleh masuk karena dia ingin mengajarkan suatu ajaran, aliran, saya datang kan liburan dengan anak istri saya, saya bawa bayi umur 4 bulan.”
“Lalu kalau ‘ini orangnya radikal’, itu kan ada konsulat Singapura di Pekanbaru, kampung saya itu. Apa ada orang Singapura yang mati dibunuh gara-gara ajaran Abdul Somad? Kan (dia) hidup damai di Pekanbaru.”
UAS kemudian mempertanyakan mengapa harus berkelahi hanya karena narasi yang ada di media sosial, baik dari buzzer atau yang lainnya.
“Makanya ketika saya ceramah di Bali, ditolak oleh sekelompok orang, Raja Bali di masjid untuk menjaga saya, Raja Bali langsung, ‘silakan ceramah Ustaz Abdul Somad’. Mereka tahu kalau di Riau, di dekat airport ada satu rumah ibadah saudara kita Hindu, tidak ada yang mengganggu,” ungkapnya.
“Kenapa kita musti berkelahi, cakar-cakaran, hanya karena medsos, hanya karena buzzer, hanya karena orang yang makan dari gagal paham. Kalau orang tidak paham, kita kasih paham. Tapi kalau orang hidupnya untuk gagal paham, itu sulit,” tegasnya menandaskan.