Pegiat hak asasi manusia (HAM) Haris Azhar angkat bicara mengenai pembunuhan Brigadir Josua Hutabarat alias Brigadir J.
Pria yang pernah terlibat perkara dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan itu menyebut Brigadir J mengalami penyiksaan sebelum tewas dihujani lima tembakan dari Bharada Richard Eliezer dan Ferdy Sambo.
Eks Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) itu mengatakan penyiksaan yang dialami Brigadir J itu ia temukan dalam laporan Komnas HAM ketika mengusut kasus ini. Menurut Haris penyiksaan buat Brigadir J sama sekali tak terbantahkan, bahkan dirinya siap meladeni debat dari siapapun yang keberatan dengan pernyataannya ini.
“Saya ada catatan juga soal laporannya Komnas HAM, menurut saya ada penyiksaan. Proses menuju peluru itu menyentuh tubuhnya Joshua itu ada intimidasi, ada pemaksaan itu torture pak dan itu sistematik dengan dalih bahwa ini Pasal 340 menuju pembunuhannya peristiwanya itu ada penyiksaan di sana, saya berani berdebat secara HAM dengan siapa pun," kata Haris Azhar sebuah diskusi yang tayang di salah satu televisi nasional dikutip Populis.id Rabu (7/9/2022).
Haris menyebut penyiksaan tidak melulu tentang kekerasan fisik, upaya menekan mental orang lain lewat serangan - serangan psikis kata dia masuk kategori penyiksaan. Menurut dia Brigadir J disiksa psikisnya sebelum dibedil hingga tewas di tempat.
"Penyiksaan itu tidak perlu harus fisik. Kita ini dulu udah puluhan kali advokasi penyiksaan. Maksud saya penyiksaan itu enggak harus fisik, psikologi itu masuk,” ucap Haris.
Harus melanjutkan penyiksaan secara psikologi sudah lazim terjadi, contohnya adalah kasus penculikan dan hilangnya aktivis pada masa lampau yang disekap di dalam ruangan dan didengarkan lagu-lagu tertentu dalam jangka waktu yang lama.
“Di rezim-rezim yang bengis gitu ya orang enggak diapa-apain, misalnya korban penculikan dan penghilangan aktivis tuh kalau kita baca kesaksiannya, mereka ditaruh di satu ruangan dipasangi lagu dangdut itu melulu diputerin itu kan kayak cuci otak. Nah itu masuk penyiksaan, torture," lanjutnya.