PP Muhammadiyah mengatakan pandangan dan saran soal kenaikkan harga BBM yang belum lama ini ditetapkan pemerintah.
"Dalam konteks kenaikan harga BBM, tentu telah berefek domino, bukan semata ke efek ekonomi, tapi juga sosial, budaya, dan lainnya. Efek ekonomi terkait peningkatan inflasi, yang diestimasikan akan mendekati angka dua digit," kata Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta itu, Kamis (8/9).
Jika inflasi naik, terang Mukhaer, tentu akan menggerus daya beli masyarakat sehingga tingkat konsumsi rumah tangga terganggu.
Inflasi yang tinggi berdampak peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Banyak perusahaan berhadapan dengan ongkos poduksi yang makin tinggi.
"Demikian pula bagi pelaku usaha ultramikro, mikro, dan kecil. Mereka makin terkapar. Belum pulih dipukul pandemi Covid-19, kemudian dipukul lagi oleh kenaikan harga BBM. Mereka sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Namun, bagi usaha besar dan pemilik modal besar, saya kira mereka akan cepat beradaptasi," ujarnya.
Mukhaer mengungkapkan, bagi Muhammadiyah, persyarikatan akan mengadvokasi, memberdayakan, dan membantu mereka.
Walaupun ini tanggung jawab pemerintah, tetapi bagi Muhammadiyah, tidak boleh satu orang pun di negeri ini teraniaya, sehingga Muhammadiyah pun harus membantu. Apalagi jika mereka teraniya oleh kebijakan yang tidak adil.
"Karena itu, langkah yang tepat, pertama, jika alokasi subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran atau banyak dinikmati oleh kelompok orang mampu, maka tidak elok jika kesalahan dari ketidaktepatan sasaran itu dibebankan kepada rakyat atau pelaku usaha rentan. Pemerintah harus bertanggungjawab," jelasnya.
Lihat Sumber Artikel di Republika Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Republika.