Banyak Aksi Kekerasan di Pesantren, Para Kyai Hingga Nyai Bersatu di Ponpes Gus Miftah, Lahirkan Sejumlah Poin Penting

Banyak Aksi Kekerasan di Pesantren, Para Kyai Hingga Nyai Bersatu di Ponpes Gus Miftah, Lahirkan Sejumlah Poin Penting Kredit Foto: Istimewa

Menurutnya, hal ini penting dilakukan karena sampai detik ini pendidikan pesantren yang mengkombinasikan disiplin ilmu, akhlak, keteladanan dan kemandirian masih merupakan pendidikan terbaik di negeri ini.

Dan pesantren Aswaja terbukti telah menjadi penopang utama tegaknya NKRI dan pembibitan rasa nasionalisme bagi kalangan generasi penerus bangsa.

Atas dasar itulah, pertemuan merekomendasikan beberapa poin tindak lanjut yang harus segera dilakukan oleh kalangan dunia pesantren, khususnya pesantren-pesantren NU.

Point tersebut adalah:

1. Pesantren harus waspada atas framing pemberitaan kekerasan fisik di lingkungan pesantren, dengan tetap melakukan evaluasi besar-besaran atas peraturan atau sistem yang memungkinkan terjadinya pelanggaran hukum dan pelanggaran syariat agama.

2. Pesantren perlu membuat lembaga bantuan hukum atau menyediakan para legal (ahli hukum) yang membackup dan mengantisipasi terjadinya potensi-potensi pelanggaran hukum dikalangan pesantren.

3. Keluarga besar pesantren harus muhasabah  total baik itu kyainya, pengurus, wali santri dan santri, agar tidak terjadi lagi potensi pelanggaran hukum, salah satunya dengan membuat komitmen antara pengelola pesantren dengan wali santri sehingga  kyai bisa lebih fokus dalam menjaga dan mengawal pesantren untuk menjadi lebih baik.

4. Kalangan pesantren harus membangun networking dengan semua pihak termasuk dengan aparat penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, peradilan) untuk menyelesaikan potensi pelanggaran hukum jika terjadi dilingkungan pesantren sekaligus mengantisipasi terjadinya pelanggaran hukum di pesantren.

5. Karena pesantren bukan pabrik yang akan melahirkan produk yang sama output nya, maka diperlukan kebijaksanaan oleh para pengasuh dan pengelola dalam mengatasi berbagai problematikanya yang muncul. Salah satu wujud kebijaksanaan itu adalah dengan terus memohon pertolongan Allah dengan mujahadah,istighosah tirakat, doa doa,dan muhasabah dari para pengelola sehingga santri-santri lebih mudah diarahkan dan dibimbing untuk menjadi anak yang sholeh-sholehah dan futuh ketika belajar ilmu serta bermanfaat ketika sudah kembali di masyarakat.

6. Kedisiplinan di pesantren tetap di berlakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

7. Segala bentuk takziran (hukuman) tidak berbentuk takzir fisik yg mengakibatkan luka sedikitpun,di ganti dengan takziran menjerakan yg mempunyai nilai tarbiyyah seperti menghafal surat surat pendek dan bait bait,qoidah qoidah dll.

8. Saling mempunyai rasa kasih sayang dari dan kepada seluruh yg ada di pesantren  

Baca Juga: Isu Ferdy Sambo Nikahi Perumpuan Lain Santer Terdengar, Kabareskrim Polri Beber Fakta Mengejutkan Ketika Pemeriksaan...

Gus Miftah, melihat forum diskusi ini sangatlah penting mengingat begitu banyaknya isu yang terjadi di pesantren. Sekaligus menjadi muhasabah para pengasuh pesantren agar ke depan pesantren bisa lebih baik lagi.

“Kiai dan gus itu kan manusia biasa yang tidak Ma’shoem dan berpotensi melakukan salah, khilaf dan dosa, bagi saya juga enggak ada salahnya kiai minta maaf bila ada salah, minta maaf kan mulya dan terhormat,“ ujar Gus Miftah.

Hadir dalam acara ini dari unsur PBNU, PWNU, dunia akademisi, SAS institute, tentunya para kyai, bunyai, gus dan ning perwakilan dari daerah di Jawa dan Sumatera.

Tampilkan Semua
Halaman

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover