Sabtu, (1/10/2022), menjadi hari yang tak terlupakan bagi bangsa ini, ratusan orang meregang nyawa dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang Jawa Timur setelah pertandingan sepakbola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Peristiwa itu diduga dipicu oleh tembakan gas air mata yang dilakukan aparat untuk menghalau ribuan suporter merangsek ke dalam lapangan setelah laga berakhir dan belum dibukanya pintu keluar stadion hingga banyak suporter yang tertahan di dalam.
Melansir dari wawancara jurnalis Kompas TV, Hilda Nusantara, dengan sejumlah pedagang di area Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Minggu (2/10/2022) pagi.
Menurutnya, stadion Kanjuruhan memiliki cukup banyak pintu masuk dan keluar yang lebarnya sekitar empat meter.
“Menurut para pedagang, biasanya ketika pertandingan memasuki menit ke-80, pintu keluar mulai dibuka,” kata Hilda dalam laporannya di program Breaking News, Kompas TV.
“Namun kemarin, hingga pertandingan usai pintu keluar masih belum dibuka,” tambahnya.
Hal itulah yang menurut para pedagang membuat para suporter marah, lantaran mereka sulit untuk keluar dan berdesakan saat kerusuhan terjadi.
“Mereka akhirnya merusak pintu. Karena kesulitan setelah terkena gas air mata, kemudian mereka berjatuhan,” ujarnya.