Tragedi di stadion Kanjuruhan Malang yang merenggut 128 nyawa di sorot hingga dunia internasional, ini adalah salah satu tragedi paling besar dalam sejarah sepak bola global.
Tewasnya ratusan aremania (sebutan untuk suporter Arema FC) disebut-sebut dipucu oleh tembakan gas air mata aparat ke arah tribun penonton ketika segelintir aremania turun ke lapangan.
Penggunaan gas air mata disorot sejumlah media asing, itu disebut-sebut melanggar peraturan FIFA yang melarang adanya bahan-bahan kimia di dalam stadion. Aparat kepolisian kini mendapat kritik keras dari berbagai pihak. Mereka dituntut bertanggung jawab atas pristiwa memilukan itu.
Salah satu tokoh yang menyentil keras pihak kepolisian adalah Akademisi Cross Culture, Ali Syarief. Sama seperti kebanyakan orang dia juga mengutuk penembakan gas air mata di dalam stadion yang bikin sesak nafas dan membuat para penonton panik dan berebut keluar stadion
"Lagi-lagi Polisi off site. Sekarang dibahas oleh peminat dan pemerhati sepak bola dunia," ujar Ali Syarief dikutip dari unggahan twitternya, @alisyarief dikutip Senin (3/10/2022).
Penggunaan gas air mata di dalam stadion kata Ali merupakan bukti bahwa aparat penegak hukum tak mengerti peraturan, mereka dinilai terlampau brutal dan ngawur melakukan pengamanan.
"Ketahuan Polisi menggunakan gas air mata di lapang sepak bola seperti dilarang FIFA. Gawat, penegak hukum, tetapi tidak paham, jd protapnya ngawur..," tandasnya.
Kesaksian Aremania yang Lolos Keluar Stadion
Gafandra Zulkarnain salah satu Aremania yang merupakan korban selamat tragedi Kanjuruhan menceritakan kerusuhan yang menewaskan 182 orang itu.
Dia mengatakan tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat keamanan ke arah tribun penonton disinyalir menjadi penyebab tewasnya ratusan jiwa itu. Dia mengatakan penonton yang ada di tribun berhamburan karena panik, lantas membuat mereka berebut untuk keluar stadion.
Karena berdesak-desakan dan sesak nafas karena gas air mata, para suporter yang panik banyak yang terjatuh lalu terinjak oleh suporter lainnya hingga tewas. Gafandra Zulkarnain mengaku dirinya sempat terjatuh dan sempat terinjak-injak, namun masih selamat setelah dievakuasi supporter lainnya.
"Lalu kami berdua terinjak-injak oleh supporter lain saat semuanya sama-sama berebut keluar dari stadion. Saat itu, kami tidak ikut turun ke lapangan, tapi hanya diam di tribun. Namun, situasi mendadak berubah setelah ada tembakan gas air mata ke arah tempat duduk kami, sehingga semua orang berebut keluar dari Stadion Kanjuruhan," katanya saat ditemui di RSUD Kanjuruhan dikutip Senin (3/10/2022).