Penembakan gas air mata di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur dikritik keras berbagai pihak, penembakan gas air mata ke arah tribun penonton itu disinyalir jadi pemicu jatuh korban jiwa yang mencapai 125 orang itu, penggunaan gas air mata juga dikecam karena itu melanggar peraturan FIFA.
Terkait hal itu, Mabes Polri angkat bicara, hanya saja lembaga korps Bhayangkara itu enggan bicara secara terperinci mengenai penggunaan gas air mata ini. Mabes Polri berjanji mengusut tuntas kasus tersebut dengan menggandeng berbagai pihak.
“Ya (Mabes Polri) mengikuti perkembangan di lapangan, Polda Jatim, Kodam, pemerintah daerah, dan lainnya sedang bekerja,” Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo ketika dikonfirmasi Senin (3/9/2022).
Dipertegas mengenai penggunaan gas air mata yang dihujat masyarakat, Dedi lagi-lagi memilih untuk tidak menjawabnya secara tegas sebab saat ini pihaknya masih menunggu informasi dari Polda Jawa Timur.
"Menunggu informasi lanjut dari Polda Jatim," kata dia.
Adapun tragedi Kanjuruhan di sorot hingga dunia internasional, ini adalah salah satu tragedi paling besar dalam sejarah sepak bola global.
Tewasnya ratusan aremania (sebutan untuk suporter Arema FC) disebut-sebut dipicu oleh tembakan gas air mata aparat ke arah tribun penonton ketika segelintir aremania turun ke lapangan.
Salah satu tokoh yang menyentil keras pihak kepolisian adalah Akademisi Cross Culture, Ali Syarief. Sama seperti kebanyakan orang dia juga mengutuk penembakan gas air mata di dalam stadion yang bikin sesak nafas dan membuat para penonton panik dan berebut keluar stadion
"Lagi-lagi Polisi off site. Sekarang dibahas oleh peminat dan pemerhati sepak bola dunia," ujar Ali Syarief dikutip dari unggahan twitternya, @alisyarief dikutip Senin (3/10/2022).