Tragedi Kanjuruhan masih menyelimuti duka dikalangan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? ratusan nyawa melayang dan lainnya harus mendapat perawatan setelah insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Koordinator Lapangan (Korlap) Aremania, Achmad Ghozali pun turut berkomentar dan murka terhadap tindakan yang dilakukan aparat ke suporter Arema dalam kejadian itu.
"Yang memerintah ditembakannya gas air mata harus bertanggung jawab. Tidak mungkin tidak ada yang memerintah. Usut tuntas kasus ini hingga ke akar-akarnya," kata Ghozali dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).
Ia mengaku penggunaan gas air mata bukan kali pertama yang dialaminya. Katanya, pernah beberapa kali mengalami hal serupa selama menonton pertandingan Arema. Ia pun mengulas balik, saat pertandingan melawan Persebaya di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari pada 2007.
"Ya itu (gas air mata) harusnya tidak boleh. Polisi harus belajar dari undang-undang sepak bola, dalam hal ini FIFA," katanya.
Selain itu, FIFA yang melarang penggunaan gas air mata juga tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations. Pasal 19 poin b berbunyi: No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used'. Ia juga menyayangkan kekerasan yang dilakukan aparat terhadap para suporter.
Saat kejadian, ia mengaku berada di tribun VIP bagian selatan dan melihat dengan jelas peristiwa di lapangan setelah pertandingan usai.
Saat itu, kata dia, ada Aremania yang turun ke lapangan, tapi mereka sebenarnya tidak untuk kisruh karena pemain Persebaya sudah masuk ruang ganti semua.
Aremania, hanya ingin menyampaikan protes dan memberi semangat kepada para pemain Arema FC. Menurutnya, para aparat salah tafsir dan salah mengartikan.
Namun, polisi menduga kalau Aremania mau menyerang mereka. Makanya, aparat kemudian menembakan gas air mata. Juga ada yang dipukul dan ditendang selama penertiban oleh aparat.
"Kita bukan maling, Pak, kok sampai dipukul dan ditendang. Yang paling parah tentu saja penembakan gas air mata itu, yang ditembakan langsung pada kerumunan suporter yang berada di atas tribun. Seharusnya aparat lebih persuasif, tidak main langsung menembakan gas air mata," ujarnya.