Politisi PDI Perjuangan, Johan Budi memaklumi penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang Jawa Timur, dimana gas air mata dari aparat itu disinyalir menjadi penyebab tewasnya ratusan orang dalam pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya itu. Hal ini yang membuat masyarakat menghujat habis-habisan pihak kepolisian.
Johan Budi mengatakan, penembakan gas air mata itu masih bisa diperdebatkan kendati penggunaannya melanggar peraturan FIFA. Dia mengatakan hingga saat ini masyarakat sebetulnya belum mengetahui secara persis kondisi di lapangan yang membuat polisi sampai menembakan gas air mata.
"Kita bisa debat panjang soal gas air mata dilarang. Karena kota tidak tahu di lapangan seperti apa. Misalnya ada permintaan agar pertandingan jangan digelar malam, tapi sore atau siang. Tapi digelar malam. Jadi harus dilihat dari berbagai sisi," katanya saat konferensi pers pada Senin (03/10/2022).
Ia menyebutkan bahwa jika penggunaan gas air mata tidak boleh digunakan di stadion, maka ada konsekuensi hukum lain yang harus dilakukan. Yaitu mengubah aturan di internal Polri sendiri tentang penggunaan gas air mata untuk pengendalian massa.
"Kalau harus ada aturan, misalnya gas air mata tidak boleh, maka harus diubah protap di kepolisian. Tapi kan kita tidak tahu yang terjadi saat itu seperti apa. Kita harus menunggu hasil investigasi dari pemerintah, saya yakin akan disampaikan secara terbuka kepada publik," tuturnya.
Di sisi lain, Johan mengapresiasi pemerintah, bahkan Presiden Jokowi yang sudah menyampaikan beberapa hal yang harus dilakukan, baik oleh Kapolri maupun oleh PSSI dalam kaitan dengan menangani korban maupun melakukan evaluasi secara mendalam.
"Kemudian juga saya mendengar juga pemerintah telah membentuk tim yang akan mengusut tuntas semua menyatakan akan melakukan evaluasi secara mendalam agar kejadian ini adalah kejadian terakhir," ucapnya.