Pilih Hengkang Setelah Paloh Capreskan Anies, Niluh Djelantik Malah Dikata-katain Orang NasDem: Sakit Hati Gegara Ahok Keok!

Pilih Hengkang Setelah Paloh Capreskan Anies, Niluh Djelantik Malah Dikata-katain Orang NasDem: Sakit Hati Gegara Ahok Keok! Kredit Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir

Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali menyebutkan bahwa sikap kader partai yang mundur pasca deklarasi Anies Baswedan sebagai Calon Presiden adalah sikap yang patut dihargai. Namun, di sisi lain dirinya juga menyayangkan pengunduran diri itu. 

Pasalnya, salah satu yang mengundurkan diri adalah Niluh Djelantik. Ahmad mengatakan bahwa Niluh selama ini dikenal sebagai kader partai yang berintegritas.

Baca Juga: Bisa-bisanya NasDem Pede Capreskan Anies Baswedan, Emang Bisa Kerja Dia?

"Bagi saya sikap kader itu adalah bentuk gentleman. Tapi kalau ditanya ke saya ya saya menyangkan itu. Karena tentunya kita Niluh itu adalah salah satu kader yang menurut saya kader yang hebat ya kan, berintegritas," kata Ahmad dalam keterangan yang diterima Populis pada Kamis (06/10/2022).

Ia mengatakan bahwa partai pasti kehilangan karena Niluh keluar. Namin, pilihan dia keluar hanya karena pikiran subjektifitas Niluh sendiri. Subjektivitas itu punya landasan, punya dasar. 

"Landasannya itu kita tahu kalau Niluh itu kan masalah Pilkada Jakarta. Jadi pilkada Jakarta dia mendukung pak Ahok kemudian Ahok kalah kemudian dianggap Anies melakukan politisasi identitas lah katakan seperti itu," ucapnya.

Ia mengungkapkan bahwa peristiwa Pilkada DKI Anies lawan Ahok inilah kemudian menjadi kebencian dia sampai hari ini. Sehingga ketika kemudian Anies jadi gubernur apapun yang dilakukan Anies tidak diterima lagi. 

"Tapi saya berapresiasi, menghargai keputusan dia. Tapi di hal yang sama saya menyangkan karena saya harus katakan bahwa pasti Nasdem kehilangan kader sebaik Niluh," terangnya.

Menurutnya, berpartai itu kesukarelaan, tidak ada paksaan bagi orang. Jadi keluar masuk menjadi kader partai itu adalah hak pribadi seseorang. Karena memang dalam berpartai itu ada dua hal harus dipegang kader, yaitu kerelaan memimpin dan kerelaan dipimpin.

Baca Juga: Wajah Membiru, Mulut Berbusa, Jenazah Korban Tragedi Kanjuruhan Mengenaskan, Diduga Tewas Kekurangan Oksigen Akibat Gas Air Mata

"Artinya bahwa dialektika sudah terjadi. Partai mengambil keputusan, ketika partai sudah mengambil keputusan itu wajib hukumnya untuk dipedomani oleh semua kader," tuturnya.

"Kalau kedua memang ternyata keputusan partai itu menurut kamu berprinsip maka pilihannya adalah meninggalkan partai dengan baik-baik. Karena kita tidak mungkin berpartai itu kan kumpulan orang untuk bercita-cita bersama," pungkasnya.

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover