Pengamat politik sekaligus kritikus Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo tak menunjukan rasa empati terhadap 131 korban tragedi Kanjuruhan, sebab Jokowi kata Rocky hingga kini tak sekalipun meminta maaf kepada keluarga korban dan kepada masyarakat Indonesia atas peristiwa paling kelam dalam sejarah sepak bola dunia itu.
Jokowi kata Rocky justru muncul dengan narasi-narasi yang condong menyalahkan kondisi stadion Kanjuruhan di mana dia menyebut peristiwa itu dipicu karena pintu stadion yang digembok saat kejadian hingga tangga yang terlampau curam sehingga penonton sukar menyelamatkan diri.
"Jadi minta maaf dululah baru kita bicara memperbaiki pintu karena rasa empati pada korban kurang diperlihatkan. Bukan sekedar Pak Jokowi, PSSI dan yang lainnya tidak ada semacam pendalaman batin terhadap peristiwa ini," kata Rocky dalam sebuah video yang tayang di kanal Youtube miliknya dikutip Populis.id Kamis (6/10/2022).
Lebih lanjut, Rocky Gerung menilai pernyataan Jokowi yang seolah-olah menyalahkan kondisi stadion alah pernyataan yang sangat keliru, sebab peristiwa itu jelas dipicu oleh tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat dalam stadion, tembakan gas air mata yang juga diarahkan ke tribun itu kata Rocky jelas bikin panik, sehingga penonton berhamburan keluar dalam waktu bersamaan yang berbuntut pada penumpukan di depan pintu dan membuat korban jiwa berjatuhan.
"Semuanya bermula karena kepanikan dan datangnya kepanikan karena ada gas air mata kalau parfum yang disemprotkan orang akan gembira-gembira saja,” tuturnya.
Rocky Gerung menilai pandangan Jokowi melihat kasus kanjuruhan yang sampai disorot dunia itu terlampau sempit, menyalahkan pintu yang digembok dan tangga yang curam dinilai bukan pernyataan yang bijak yang tak seharusnya disampaikan Jokowi.
"Dia tidak bisa melihat problem besarnya karena terpaku pada hal-hal remeh temeh kunci digembok segala macam. Kasus ini yang kemarin Aremania, masyarakat Indonesia marah sampai dunia berduka ini menunjukan bahwa kasusnya bukan sekedar pintu," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, tragedi Kanjuruhan bermula ketika Aremania, julukan untuk pendukung Arema FC mencoba menginvasi lapangan usia Singo Edan ditekuk tim tamu Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Kedatangan Aremania yang untuk menyemangati tim kesayangannya usai kekalahan tersebut justru dihalau aparat keamanan.
Mereka lantas terlibat saling kejar-kejaran di tengah lapangan yang berbuntut pada tembakan gas air mata. Melihat itu, beberapa Aremania lainnya ikut turun ke lapangan dengan tujuan membantu temannya, namun polisi kembali melepaskan tembakan gas air mata yang bahkan beberapa kali diarahkan ke penonton tribun yang membuat seisi stadion panik dan berhamburan keluar, mereka berebut pintu keluar hingga berdesak-desakan.
Dari hasil investigasi Komnas HAM, tembakan gas air mata itu disinyalir menjadi penyebab utama tewasnya ratusan korban tersebut, itu terkonfirmasi dari kondisi jenazah yang mengeluarkan busa di mulut, mata memerah hingga wajah yang membiru. Mereka diduga tewas karena kekurangan oksigen akibat kepulan asap gas air mata yang bikin sesak nafas dan perih di mata.