Penembakan gas air mata oleh aparat kepolisian diduga menjadi penyebab utama dalam tragedi kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Menanggapi hal tersebut, akhirnya pihak kepolisian membantah bahwa gas air mata bisa membahayakan.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengklaim bahwa gas air mata tidak mematikan.
Ia juga mengatakan bahwa berdasarkan penjelasan para ahli, penyebab dari kematian para korban tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan karena gas air mata.
Namun, terkait gas air mata ini masih jadi perdebatan banyak pihak. Menanggapi hal itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dede Nasrullah mengatakan bahwa untuk mengakhiri perdebatan soal gas air mata perlu dilakukan autopsi pada korban.
Autopsi menjadi salah satu langkah untuk membuktikan apakah gas air mata menjadi penyebab utama dari kematian korban-korban tragedy Kanjuruhan.
Baca Juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Dirut PT LIB Siap Blak-blakan soal Temuan TGIPF
“Kalau menurut saya ini perlu adanya pembuktian yang nyata. Di tengah-tengah perdebatan ilmiah yang seperti sekarang terjadi ini. Ya memang salah satunya ya kita harus bisa melakukan autopsi terhadap korban yang meninggal," ujar Dede dalam kanal Youtube tvOneNews, Rabu (12/10/2022).
Ia juga menyinggung dampak dari penembakkan gas air mata. Ia mengatakan bahwa penembakan gas air mata menimbulkan dampak kesehatan dan psikologi.
“Terkait dengan dampak, khususnya bagi kesehatan. Sebenarnya ada dua, dampak kesehatan dan dampak psikologi,” ujarnya.