Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan menyerahkan hasil investigasi peristiwa mengerikan itu ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Laporan setebal 184 halaman itu diserahkan ke Kepala Negara pada Jumat (14/10/2022).
Ketua TGIPF Mahfud MD mengatakan, dalam investigasi yang dilakukan pihaknya, mereka menemukan sejumlah fakta baru.
Dia menyebut pihaknya menemukan bahwa banyak korban meregang nyawa saat mereka berhamburan menghindari tembakan gas air mata yang dilesatkan pihak kepolisian, peristiwa ini disebut jauh lebih mengerikan ketimbang video-video amatir yang tersebar luas di media sosial dan media massa.
Jatuhnya ratusan korban dalam tragedi ini kata Mahfud MD terekam dalam 32 kamera pengawas (CCTV) di stadion Kanjuruhan yang telah diperiksa pihaknya.
"Korban yang jatuh, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan daripada yang beredar di TV dan medsos karena kita meneliti dari 32 CCTV," kata Mahfud dalam siaran Youtube Sekretariat Presiden.
Dalam kesempatan itu, Mahfud MD juga menyoroti pernyataan pihak kepolisian yang mengklaim jika gas air mata tidak bisa membuat orang meninggal dunia, Mahfud mengatakan, untuk menguji omongan polisi, pemerintah lewat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah melakukan penyelidikan.
"Semua berlindung dari aturan-aturan dan kontrak-kontrak yang semuanya sah," kata Mahfud.
Menko Polhukam ini juga mengatakan federasi sepak bola Indonesia, dalam hal ini PSSI juga tidak lepas tangan atas tragedi ini, sebagai lembaga yang mewadahi sepak bola Tanah Air, PSSI diminta ikut bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan 132 orang itu.
"Pengurus PSSI harus bertanggung jawab dan sub-sub organisasinya. Bertanggung jawab itu, pertama berdasarkan pada aturan resmi dan yang kedua berdasar moral," tuntasnya.