Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto, menyayangkan sikap Pemerintah yang tidak dapat memaksimalkan produksi migas di saat harga jualnya sedang bagus.
Harusnya, kata Mulyanto, dalam kondisi sekarang investasi dan produksi di sektor migas ini meningkat. Kenaikan harga minyak dunia adalah insentif alamiah yang sangat menguntungkan bagi produsen minyak.
“Ini kesempatan yang baik namun kelihatannya kita tidak dapat merespon peluang tersebut dengan baik. Karenanya sulit bagi kita untuk mengejar target lifting tahun 2022,” ujar Mulyanto dilansir dari fraksi.pks.id pada Rabu (19/10/2022).
Baca Juga: Ketua DPR Minta Pemerintah Gencarkan Edukasi Publik soal Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak
Mulyanto menilai Pemerintah kurang serius mewujudkan target 1 juta BPH pada tahun 2030. Faktanya, yang terjadi bukannya kenaikan lifting minyak tetapi malah penurunan dari tahun ke tahun. Termasuk di saat harga migas sedang bagus-bagusnya.
“Ini kan menyedihkan,” imbuhnya.
Baca Juga: Pemerintah Harus Tegas Larangan Penggunaan Paracetamol untuk Anak! Jangan Disatu Sisi mengimbau, Disisi Lain Ada...
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut Mulyanto mendesak Pemerintah mengokohkan kelembagaan badan pengelola hulu migas. Jangan seperti sekarang yang dikelola oleh lembaga setingkat satuan kerja.
“Di sisi lain penguatan kelembagaan SKK Migas juga sangat penting. Jangan sekedar sebuat Satker yang bersifat sementara,” ujarnya.
Baca Juga: Pria Ini Satu-satunya yang Disalamin Ferdy Sambo Sebelum Persidangan, Ternyata Bukan Orang Sembarangan!
Mulyanto menambahkan Pemerintah juga perlu menata aspek perizinan, baik di tingkat Pemerintah daerah maupun kementerian teknis di tingkat pusat. Tujuannya agar investor semakin tertarik dengan segala kemudahan yang disediakan.
“Selain itu dukungan kebijakan fiskal dan non fiskal sangat dibutuhkan. Karena dengan dukungan ini memungkinkan investor dapat lebih aman dan nyaman menanamkan uangnya lebih banyak lagi di dalam negeri, baik optimalisasi produksi maupun ekplorasi, khususnya dalam rangka mencari giant discovery bagi lapangan migas baru. Yang terjadi kan sebaliknya. Kebijakan hulu migas kita ditengarai kurang friendly sehingga investor besar seperti Shell, Total, dan Chevron malah hengkang.” tandas Mulyanto.