Pengamat Terorisme, Al Chaidar mengaku Siti Elina perempuan bercadar yang menodong paspampres dan mencoba menerobos istana presiden pada Selasa (25/10/2022) bukan seorang simpatisan kelompok terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Hal ini disampaikan Al Chaidar untuk membantah pernyataan polisi yang menyebut ukhti koboi itu merupakan salah seorang loyalis dan simpatisan garis keras HTI yang selama ini tak setuju dengan ideologi pancasila yang dianut di negara ini.
"Siti Elina dia bukan simpatisan HTI dan dia tidak suka dengan HTI karena kurang radikal dan cemen," katanya saat dikonfirmasi Populis.id pada Kamis (27/10/2022).
Menurut Al Chaidar Siti Elina hanyalah masyarakat biasa yang sedang mengalami gangguan kejiwaan, ibu dua anak yang juga sempat terancam diceraikan suaminya itu disebutnya tak pantas dicap sebagai seorang teroris, Siti Elina lanjut Al Chaidar terindikasi kuat mengalami gangguan psikologis.
"Serangan ke istana dengan pistol tanpa peluru menunjukkan ini kasus psychotic attack atau psychotic assault. Al Chaidar berpendapat bahwa kondisi pistol yang kosong tanpa peluru juga indikasi pelaku mengalami psychotic.
"Kemudian pandangan matanya yang kosong juga menunjukkan Siti Elina sakit jiwa. Mata adalah indikator yang paling penting dalam menentukan seseorang sakit jiwa atau teroris. Teroris selalu sehat jiwanya," terangnya.
Ia menilai bahwa sarusnya kasus ini cukup ditangani oleh polisi biasa, yaitu satuan Reserse Kriminal Umum (Reskrimum). Karena bukan terorisme, maka tak
perlu ditangani oleh Densus 88.
"Atau kalau sudah stadium bahaya sebaiknya ditangani oleh RSJ, bukan Polri," tegas pria berdarah Aceh ini.