Eks Kapolri Jenderal (Purn) Da'i Bachtiar bersama enam jenderal mantan Kapolri lainnya menemui Listyo Sigit Prabowo, Kamis (27/10/2022).
Dalam pertemuan itu, Bachtiar menyinggung ihwal reformasi Polri dari segi kultural. Menurutnya, hal itu bisa dilakukan tetapi membutuhkan waktu yang lama.
"Saya tentu dari 2001 sampai 2005, saya sudah melakukan reformasi seperti itu. Tapi memang reformasi yang perlu waktu adalah aspek kultural," ujar Bachtiar di Mabes Polri, Kamis (27/10).
Baca Juga: Tujuh Jenderal Mantan Kapolri Geruduk Mabes Polri, Ada Apa?
Dia mengatakan, sebenarnya reformasi di tubuh Polri telah dilakukan sejak era Presdien Soeharto. Di mana, saat itu Korps Bhayangkara baru saja dipisahkan dengan TNI.
Namun, reformasi kultural Polri membutuhkan waktu yang lama. Sebab banyak aspek pendukung yang juga perlu dipenuhi, termasuk dukungan dari masyarakat.
"Ini kebetulan bukan hanya karena beberapa polisinya, tapi tergantung lingkungannya. Lingkungannya siapa? Masyarakat itu sendiri. Jadi perubahan kultural di polisi juga dipengaruhi oleh perubahan pada masyarakat itu sendiri. Itu yang dirasakan menjadi beban kita semua," ungkap Bachtiar.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memberikan arahan kepada Kapolri, Kapolda se-Indonesia, dan pejabat utama Mabes Polri.
Jokowi meminta jajaran Polri untuk bekerja keras mengembalikan kepercayaan publik terhadap Korps Bhayangkara tersebut.
Sebab, menurutnya, indeks kepercayaan publik menurun akibat kasus Ferdy Sambo.“Tetapi begitu ada peristiwa FS (Ferdy Sambo), runyam semuanya, dan jatuh ke angka yang paling rendah. Dulu, dibandingkan institusi-institusi penegak hukum yang lain, tertinggi," kata Jokowi pada Jumat (14/10) lalu.
"Itulah pekerjaan berat yang saudara-saudara harus kerjakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri di tengah situasi yang juga tidak mendukung saat ini,” terangnya.