Sebuah video beredar di media sosial menampilkan rekam jejak yang dinilai menjadi bukti bahwa Anies Baswedan telah melakukan politik identitas sehingga namanya erat dengan julukan ‘bapak politik identitas.
Seperti yang diketahui, beberapa hari yang lalu Anies merespon tudingan politik identitas kepadanya dengan meminta bukti yang menunjukkan bahwa ia memang melakukannya.
Di Kantor DPW NasDem Sumatra Utara pada Jumat (4/11/2022), bakal calon presiden Partai NasDem tersebut mengatakan, “Bisakah ditunjukkan buktinya? Karena kalau tidak bisa ditunjukkan buktinya, itu batal demi akal sehat.”
“Jangan menilai berdasarkan persepsi, tapi kenyataan. Karena dalam pilkada siapa pun pendukungnya akan memberikan pujian yang akan didukung. Pasti di mana-mana,” tegasnya menandaskan.
Salah satu netizen melalui akun @GarengHallu kemudian mengunggah sebuah video berdurasi dua menit dua puluh detik yang disebut sebagai bukti bahwa Anies melakukan politik identitas.
Video itu sendiri berisi dukungan mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Ridwan, kepada Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2017 silam.
Dalam sebuah ceramahnya, ia menyebut bahwa semua pondok pesantren terutama yang ada di Jakarta harus memilih Anies Baswedan.
“Seluruh pondok pesantren yang ada di Jakarta pada khususnya, harus memilih Anies Baswedan, insya Allah,” kata Cholil.
Cholil Ridwan sendiri dinilai sebagai tokoh yang anti NKRI karena sejumlah pernyataannya seperti mengharamkan bernyanyi lagu kebangsaan, hormat kepada bendera, hingga memilih pemimpin kafir.
Dalam video tersebut, terdapat sejumlah tangkapan layar artikel yang berjudul ‘KH Cholil Ridwan: Umat Islam Haram Hormat Bendera & Nyanyikan Lagu Kebangsaan’ dan ‘KH Cholil Ridwan: Umat Islam Haram Pilih Gubernur Kafir’.
Selain itu, ada judul artikel soal politik SARA yang berbunyi, “Sejarawan: Politik SARA di Pilkada DKI Terbesar Dalam Sejarah.”
Tak hanya tangkapan layar artikel, ada juga narasi yang mengatakan bahwa kemenangan Anies pada Pilkada DKI 2017 kemarin bukan hanya didukung oleh politik identitas, tetapi juga kampanye rasis.