Pegiat media sosial sekaligus politisi PSI Guntur Romli ikut mengomentari batalnya deklarasi koalisi partai politik pendukung Anies Baswedan. Koalisi perubahan yang diisi oleh NasDem, PKS dan Partai Demokrat itu sedianya digelar pada 10 November 2022 lalu, namun urung terlaksana dengan berbagai alasan yang tak jelas.
Menurut Guntur Romli deklarasi koalisi ini batal lantaran adanya keberatan dari Demokrat dan PKS, kedua Parpol itu menahan diri untuk tidak mendeklarasikan koalisi ini mereka tak dapat untung apa-apa. Keuntungan hanya didapat NasDem.
"Parpol-parpol lain yang mau mengusung Anies tentu bertanya-tanya: buat apa dukung pencapresan Anies tapi yang dapat untung, yang dapat manfaat hanya Partai Nasdem. Pencapresan Anies secara sepihak oleh Nasdem sebenarnya bisa dibilang sebagai offside dalam berpolitik," ungkap Guntur Romli dalam tayangan Cokro TV berjudul 'MENGAPA KOALISI ANIES GAGAL DEKLARASI' di Youtube, dikutip pada Senin (14/11/2022).
Guntur Romli menilai langkah Surya Paloh bisa dilihat sebagai bentuk penguasaan dan politik posesif kepada Anies Baswedan. Alih-alih menemukan jalan lapang melalui dukungan Nasdem, Anies malah berhadapan dengan jalan buntu dalam koalisi.
Penyebab berikutnya, lanjut Guntur adalah tidak adanya deal dalam penentuan calon wakil presiden pendamping Anies.
"Demokrat bersikeras menyodorkan AHY. PKS mati-matian mengajukan Aher. Tidak ada kata sepakat. Bagaimana mungkin PKS mau melepaskan peluang cawapres padahal mereka merasa suara pada Pemilu 2019 lebih unggul dari Demokrat," tuturnya.
Pemilu 2019 lalu, PKS memperoleh suara 8,21 persen, sementara Demokrat dapat 7,7 persen. Guntur menyebut sebenarnya Nasdem menawarkan bahwa deklarasi koalisi disepakati dulu capresnya yakni Anies. Nanti baru dibahas lagi soal cawapresnya.
"Tapi nampaknya PKS dan Demokrat tidak mau dikadalin lagi oleh Nasdem. Deklarasi harus sepaket capres dan cawapres. Dimana cawapresnya diambil dari tokoh parpol-parpol itu. Jadilah buntu. Mentok, semua bersikeras dengan keinginan masing-masing," pungkasnya.