Satu rudal buatan Rusia menghantam wilayah Polandia yang berbatasan dengan Ukraina pada Selasa (15/11/2022).
Insiden yang menewaskan dua warga negara Republik Polandia ini menjadi sorotan publik. Pasalnya terjadi di saat KTT G20 tengah berlangsung di Bali
Insiden ini juga terjadi tak lama usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan kepada para kepala negara anggota G20 untuk mengakhiri perang.
Baca Juga: Resmi Buka KTT G20, Presiden Jokowi: Kita Harus Akhiri Perang!
Dalam pidato pembukaannya, Jokowi meminta para pimpinan negara anggota G20 untuk mengakhiri perang dan fokus pada pemulihan ekonomi dunia pasca pendemi Covid-19.
"Menjadi tanggung jawab berarti menciptakan situasi yang tidak zero-sum, bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju," ujar Jokowi.
Tak hanya itu, mantan Wali Kota Solo ini juga menyinggung ihwal perang dingin yang selama ini terjadi di antara negara Barat dengan China dan Rusia.
Baca Juga: Menlu Rusia Langsung Cabut dari KTT G20 Usai Rudal Rusia Hantam Polandia
"Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam Perang Dingin yang lain," ujarnya.
Untuk diketahui, sedari awal, KTT G20 ini digadang-gadang menjadi forum misi perdamaian Jokowi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Namun, dengan insiden penyerangan rudal Rusia ke wilayah perbatasan Polandia-Ukraina ini seolah menegaskan bahwa usaha Jokowi untuk perdamaian tidak ditanggapi serius oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang juga tidak menghadiri KTT G20.
Baca Juga: Jokowi Bertemu Presiden AS Joe Biden di Sela-sela KTT G20 Bali
Putin nampak tidak mengindahkan seruan perdamaian yang selama ini digaungkan Presiden Jokowi. Ia terus saja membombardir Ukraina di tengah forum KTT G20 berlangsung.
Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrovlangsung pulang dari Bali usai rudal itu diluncurkan ke Polandia.
"Seperti yang diperkirakan, Lavrov meninggalkan Bali pada akhir hari pertama G20," kata seorang sumber kepada RIA Novosti, dikutip dari RMOL pada Rabu (16/11).