Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie membela Capresnya, Anies Baswedan dari tudingan menggunakan politik identitas dalam pertarungan Pilkada DKI Jakarta lalu.
Pria yang akrab disapa Gus Choi ini menegaskan bahwa politik identitas yang terjadi pada Pilkada DKI 2017 lalu disebabkan oleh ulah Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.
"Lahirnya Pemilu Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktor utamanya bukan Anies, tapi Ahok," ujar Gus Choi dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) dikutip Populis.id, Jumat (18/11/2022).
Baca Juga: PDIP soal Hubungan Jokowi dengan NasDem: Sudah Cerai tapi Masih Mau Satu Kamar!
"Orang Kristen, Cina mengutip ayat Alquran. Berangkatnya dari situ menafsirkan ayat semaunya, di sini sebetulnya titik tolaknya," sambung dia.
Menurut Gus Choi, pernyataan Ahok soal surah Al Maidah Ayat 51 itu kemudian memicu reaksi umat Islam yang merasa tersinggung.
Namun, lawan politik Anies kerap menuding bahwa Capres NasDem itu menggunakan politik identitas untuk memenangkan Pilkada DKI.
Baca Juga: Partai NasDem Tegaskan Gak Berniat Gaet Gibran Jadi Cawapres Anies
"Kemudian ada reaksi yang berbau agama itu kemudian dijadikan satu framing seolah ini politik identitas dan di alamtkan kepada Anies. Ini yang harus kita bantah, itu ahistoris. Itu tidak faktual, itu karangan, itu framing," tegas Gus Choi.
Dia menegaskan, Anies kala itu tidak pernah memainkan politik identitas, justru Ahok yang memainkannya.
"Jadi faktor utamanya yang menampilkan politik identitas adalah Ahok yang waktu itu kita (Nasdem) dukung karena kinerjanya dan segala macam," ujarnya.
Baca Juga: Gibran Bertemu Anies, NasDem: Luar Biasa Menyejukkan, Tak Seperti Elite PDIP yang Negatif-Negatif!
Terkait aksi 212 yang digagas oleh Habib Rizieq Shihab untuk menuntut Ahok dipenjara, menurut Gus Choi, merupakan gerakan yang wajar atas respons penistaan agama.
Ia mengeklaim gerakan itu tidak ada kaitannya dengan Anies Baswedan yang saat itu menjadi lawan Ahok dalam Pilkada DKI.
"Reaksi itu dari mayoritas rakyat di mana Indonesia itu mayoritas muslim, lah kemudian ada berbau-bau agama seperti itu, itu logis. Secara filosofis masuk akal, secara sosiologis Tidak bisa dihindarkan, secara yuridis boleh," ujarnya.