KAHMI Gelar Munas di Palu, Jusuf Kalla: Jangan Ada Kursi Melayang!

KAHMI Gelar Munas di Palu, Jusuf Kalla: Jangan Ada Kursi Melayang! Kredit Foto: Hafidz Mubarak A

Ketua Majelis Etik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jusuf Kalla (JK) mengingatkan agar Musyawarah Nasional XI KAHMI berjalan dengan baik.

JK tidak menginginkan Munas XI kembali ke masa-masa kongres yang bisa berlangsung berhari- hari bahkan diwarnai dengan kericuhan.

Ini disampaikan  JK saat menyampaikan sambutan pada acara gala dinner Munas KAHMI ke XI di Ballroom Best Western Hotel, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (24/1/2022) malam.

Baca Juga: Sudah Waktunya! Kader KAHMI Anies Baswedan Jadi Presiden

"Beri contohlah kepada adek-adek kita di HMI. Jangan diajari hal-hal yang kurang baik. Kayak tidak jadi pemilihan pemimpin jika tidak ada kursi melayang. Jangan seperti itu," kata JK dikutip dari siaran persnya, Jumat (25/11/2022).

"Kita harus tetap menjaga gaya HMI dan KAHMI, yaitu adanya sifat kebersamaan," tambah JK.

JK berharap Munas KAHMI tidak hanya menjadi momentum mengganti kepemimpinan semata tetapi melahirkan pemimpin dengan tiga kriteria, yakni kecendekiawanan, pengabdian dan inovasinya.

Baca Juga: Jusuf Kalla Desak Presidential Threshold 20 Persen Diturunkan, Kalau Tidak Muncul 'Bandar' Politik!

"Tentang Munas, selayaknya bukan hanya memutuskan siapa pimpinan yang baru. Tapi juga jadi bahan evaluasi bagi kita. Sudah sampai di mana? Yang paling berat apakah kita pencipta atau inovator?" kata JK.

"Karena tanpa itu (inovasi), kita tidak akan maju," tambah Wakil Presiden ke 10 dan 12 tersebut.

JK mengatakan, menjadi inovator atau pencipta sudah menjadi keharusan bagi HMI. Sebab salah satu tujuan masuk HMI adalah salah satunya menjadi insan akademis pencipta.

Baca Juga: Jusuf Kalla Ungkap Kriteria Capres Jagoannya: Harus Punya Kecerdasan!

"Salah satu tujuannya adalah terbinanya insan akademis pencipta, pengabdi berasaskan Islam dan bertanggung jawab pada kemajuan bangsa yang adil dan makmur," kata JK mengenang saat masuk HMI tahun 1960 silam.

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menambahkan, inovator tidak hanya bagi mereka yang berkecimpung dibidang teknologi semata, melainkan semua bidang ilmu.

Sehingga bagi JK, seorang teknik yang berkemajuan adalah mereka yang mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam bidang teknologi. Sedangkan politisi yang inovatif adalah mereka yang bisa menciptakan sesuatu yang baru bagi tatanan sosial dan bangsa.

"Demikian ekonom harus bisa lebih memajukan pengusaha dengan hal-hal yang baru," kata Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut.

Lebih jauh, JK juga menyinggung soal pencapaian akademisi di internal KAHMI. Bagi JK, figur akademisi adalah sesuatu yang sulit. Pasalnya parameter akademisi bisa dilihat dari cara  bicara, bersikap, berfikir serta lagi-lagi berinovasi.

Lihat Sumber Artikel di Republika Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Republika.

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover