Seorang YouTuber bernama Anjas Asmara atau yang terkenal dengan Anjas di Thailand, mengomentari isu soal adanya uang Rp100 triliun di salah satu rekening Brigadir J.
Seperti yang diketahui, sebelumnya aktivis senior, Irma Hutabarat, membongkar surat yang diberikan oleh Bank Negara Indonesia (BNI) Kantor Cabang (KC) Cibinong, kepada keluarga Brigadir J di Jambi.
Baca Juga: Wapres Kunjungi Papua, Bahas Kelanjutan Pemekaran Provinsi Baru
Surat tersebut berisi berita acara pemberhentian sementara transaksi di rekening Brigadir J berdasarkan permintaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Namun, yang menjadi sorotan adalah tercantum angka hampir Rp100 triliun di rekening Brigadir J, tepatnya Rp99.999.999.999.999 dengan keterangan ‘nilai nominal’.
Anjas pun mengaitkan nominal tersebut dengan uang Rp200 juta di rekening Brigadir J yang diklaim Ferdy Sambo sebagai miliknya untuk kebutuhan rumah tangga.
“Ini luar biasa lho angkanya. Apakah Nopryansah Yosua itu bisa mendapatkan uang seperti ini dari mana?” tanyanya dikutip Populis.id dari kanal YouTube Anjas Asmara pada Senin (28/11/2022).
Ia melanjutkan, “Kalau Rp200 juta aja itu diklaim adalah uangnya Ferdy Sambo, lantas kalau hampir Rp100 triliun ini uang siapa lagi?”
Setelah itu, Anjas menyinggung soal pernyataan pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, yang pernah menyebut ada dana aliran ratusan triliun.
Ia menjelaskan, “Ini kita jadi mengingat kembali ya keterangan dari Kamaruddin Simanjuntak. Wajar sih Kamaruddin Simanjuntak itu waktu awal-awal kasus ini muncul itu kan sudah mengatakan ‘ada dana aliran ratusan triliun’ katanya.”
Baca Juga: Jelang 2024, Said Aqil Beri Peringatan Keras: Bangsa Tak Boleh Terprovokasi Politik Identitas!
“Banyak orang mengatakan ‘ini ahli nujum’ lah, kemudian juga ada yang mengatakan ‘ini adalah intelijennya’, ‘itu enggak bisa dipercaya’, tetapi setelah aku cek ke sini ya wajar karena surat yang diterima keluarganya Josua di Jambi ini, itu kan dikirimkannya di bulan Agustus,” sambungnya.
Setelah menerima surat tersebut, keluarga Brigadir J sendiri langsung mendatangi kantor BNI KC Cibinong untuk bertanya soal nominal yang ada di rekening Josua itu. Namun , petugas bank menyatakan kalau itu bukan uang, melainkan kode.
“Ini ngada-ngada juga ya,” pungkasnya.
Anjas sendiri yakin kalau uang di rekening Brigadir J yang disebut kode itu adalah milik Ferdy Sambo karena almarhum semasa hidupnya jarang mengirim uang ke orang tuanya. Kalau pun mengirim, uang itu untuk adik-adiknya.
“Uang Rp100 triliun ini ada apa gitu kan. Transaksinya ini luar biasa banyak banget loh. Aku sih 99 persen yakin ya ini bukan uangnya Josua karena kita tahu pekerjaannya apa terus juga tidak ada usaha yang lain. Kemungkinan besar ini adalah uang dari Ferdy Sambo,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kalau orang dikasih kepercayaan megang uang segitu banyaknya, kan enggak mungkin kalau Ferdy Sambo atau Putri Candrawathi tidak percaya dengan dia.”
Ia kemudian mempertanyakan alasan mengapa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi tidak menaruh uang di rekening atas nama mereka sendiri. Hal itulah yang memunculkan dugaan bahwa rekening Brigadir J dibuat untuk melakukan pencucian uang.
“Lantas kenapa ya kok dipakai uangnya namanya adalah nama Josua? Kenapa enggak namanya Putri Candrawathi atau Ferdy Sambo secara langsung? Alasannya sih dugaan sangat kuat ini adalah kayak pencucian uang,” tandasnya.
Dengan kepercayaan besar yang diberikan Ferdy Sambo dan Putri ke Brigadir J, Anjas pun membandingkannya dengan Bripka RR.
Ia mengakui kalau Bripka RR memang sudah mulai berkata jujur soal pembunuhan Brigadir J. Namun, ia menilai Ricky berkata jujur di bagian tertentu saja dan seperti ‘angkat tangan’ saat memberikan keterangan yang memberatkan Ferdy Sambo.
Sementara itu, soal uang Rp100 triliun itu, pihak BNI sendiri menegaskan kalau angka tersebut bukan saldo rekening nasabah melainkan nominal angka maksimum.
“Penyebutan nilai nominal dalam format berita acara tersebut merupakan nilai pemblokiran/penghentian sementara transaksi dengan nominal angka maksimum,” kata Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, lewat keterangan persnya.