Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku kerap melakukan pencitraan sebagai pejabat. Pencitraan itu ia lakukan melalui media sosial.
Dia bercerita awal mula menggunakan media sosial untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Awal mulai Ganjar memanfaatkan media sosial kala dirinya masih menjabat sebagai anggota DPR RI Fraksi PDIP.
"Berkembang medsos, saya punya Facebook, kemudian sekarang Twitter yang lebih kenceng, lalu Twitter saya ikut terus saya mainkan," ungkap Ganjar dalam diskusi yang digelar salah satu bank ternama di Kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (30/11).
Baca Juga: Nama Ganjar Pranowo Jadi Pembahasan Dalam Pertemuan KIB
Ia mengaku memanfaatkan media sosial agar bisa berkomunikasi dan lebih dekat dengan rakyat. Sebab, menurutnya, kedekatan seorang pemimpin dengan rakyatnya merupakan tuntutan demokrasi.
"Maka saya gunakanlah alat ini (Handphone), maka alat ini adalah alat perjumpaan saya dengan konstituen saat itu," pungkas kader PDIP ini.
Lebih lanjut Ganjar bercerita, saat ditugaskan PDIP untuk bertarung di Pilkada Jawa Tengah, ia semakin gencar menggunakan media sosial.
Baca Juga: Survei Median: Duet Prabowo-Cak Imin Pasti Menang Melawan Pasangan Manapun di Pilpres 2024
Pasalnya, waktu itu elektabilitasnya rendah, dan Ganjar harus melawan calon gubernur petahanan yang sudah terkenal.
"Dengan elektabilitas yang sangat rendah karena cuma tiga persen dan dikenal hanya 7 persen, saya harus melawan incumbent, gak ada orang kenal," ungkapnya.
"Apa caranya? Medsos lah, medsos sekali saya nge-twit Facebook saat itu liat semua. Lalu muncul IG lebih kenceng lagi," sambung Ganjar.
Baca Juga: Survei Median soal Capres 2024: Prabowo Subianto Bersaing Ketat dengan Anies dan Ganjar
Kekinian Ganjar mengaku lebih aktif menggunakan media sosial TikTok. Dari situ dirinya lebih dikenal masyarakat.
Oleh karena itu, Ganjar mengakui dirinya bisa dikatakan melakukan pencitraan melalui media sosial. Namun, pencitraan yang dilakukannya tetap dalam batasan tertentu.
"Dan betul pencitraan sebagainya, wong saya Gubernur, kalau saya nggak membangun citra bagaimana. Ada pasti dibangun ngumpulin orang menbangun citra. Tapi pencitraan itu mesti diukur seberapa konsistensi dilakukan," pungkas gubernur yang dikenal dengan rambut putihnya ini.