Politisi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak menilai citra intoleran yang melekat pada eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sulit untuk dibersihkan. Sebab, hal itu sudah sangat melekat sejak Anies ikut kontestasi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.
Menurutnya, apa yang dilakukan Anies saat itu sudah menjadi konsumen publik karena tersebar luas melalui media. Sehingga, Anies dinilai akan sia-sia jika saat ini berupaya menghapus citranya sebagai 'Gubernur Intoleran' dan 'Bapak Politik Identitas'.
"Masalah intoleran itu sulit dibersihkan karena dampak Pilkada 2017 di DKI dilihat di media oleh penduduk se-Indonesia. Bagaimana memenangkan pilkada dengan isu SARA kan sangat sarat terlihat di medsos," kata Gilbert kepada Populis.id, Selasa (13/12/2022).
Gilbert bahkan memberi contoh salah satu pernyataan Anies yang mengandung SARA. Menurutnya, jejak digital itu akan selalu ada dan sulit untuk dilupakan oleh masyarakat.
"Belum lagi ucapan rasis Anies yang mengatakan dalam sambutannya: saatnya pribumi berkuasa," kata Gilbert
"Jadi jejak digital dan fakta yang terlihat tidak mungkin dihapus," sambung dia.
Sebelumnya, calon presiden usulan Partai NasDem Anies Baswedan mengaku kerap dimintai jawaban oleh sejumlah tokoh saat dirinya melakukan kunjungan ke sejumlah daerah. Anies mengakui bahwa di beberapa daerah dirinya dikenal sebagai tokoh yang intoleran.
"Ketika kami berkeliling, bertemu dengan tokoh-tokoh semuanya menyampaikan pesan yang sama, bahwa bekali kami dengan jawaban, karena kami ketemu dengan cerita bahwa Gubernur Jakarta itu intoleran, Gubernur Jakarta ini politik identitas," kata Anies di Jakarta Timur, Minggu (11/12/2022).
Anies menjelaskan, bahwa tudingan itu sebetulnya mudah sekali dijawab bagi tokoh-tokoh yang ada di Jakarta. Sebab, mereka mengetahui situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi di Jakarta. Namun, hal itu agak sulit dijawab bagi sejumlah tokoh yang ada di daerah.
Sehingga, Anies menyarankan jika ada yang bertanya akan hal tersebut agar dijawab dengan mengiyakannya. Hal itu agar tokoh-tokoh yang mendapat pertanyaan tersebut dari orang sekelilingnya bisa menjawabnya dengan mudah.
"Kalau di Jakarta kan kami ngejawabnya gampang, kita udah liat disini nih, tapi kalau buat yang di daerah, jadi saya sampaikan kepada mereka kalau ada yang mengatakan Gubernurnya intoleran atau diskriminatif, atau Gubernurnya tidak bersahabat, bilang aja 'barang kali iya', jadi diiyain aja," kata Anies.
Anies menganjurkan, bahwa ketika mendapat pertanyaan semacam itu jangan sekali-sekali di tentang. Justru, jawaban itu harus diiyakan dan dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan mengenai bukti dari tudingan tersebut.
"Jangan ditentang, barang kali iya. terus tanya, tolong dong dikasih contohnya, begitu diminta kasih contoh, maka mereka kekurangan contoh untuk bisa disampaikan, gak ada contohnya, jadi kalau tudingan tidak diiringi dengan contoh itu kan artinya tudingan tanpa bukti, dengan begitu batal," jelasnya.