Duet Dengan Ganjar Bakal Sulit Teralisasi, Prabowo Dibisikin Mending Bareng Cak Imin Aja: Gaet Pemilih NU!

Duet Dengan Ganjar Bakal Sulit Teralisasi, Prabowo Dibisikin Mending Bareng Cak Imin Aja: Gaet Pemilih NU! Kredit Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Pengamat Politik, Bawono Kumoro menilai bahwa duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo akan sulit dilakukan. Pasalnya, itu sama saja meminta agar Prabowo mundur sebagai bakal Capres Gerindra di Pilpres 2024.

"Hal itu sama saja meminta secara halus kepada Prabowo Subianto agar tidak maju dalam kontestasi pemilihan presiden 2024 merupakan hal sangat aneh dan juga tidak baik dari segi kepantasan dan juga gengsi politik," katanya kepada Populis.id pada Senin (02/01/2022).

Baca Juga: Buka-bukaan Demokrat Bakal Deklarasikan Capres Tahun Ini, Bulan Januari?

"Aneh apabila setelah maju sebagai calon presiden dalam dua pemilihan presiden terdahulu lalu kemudian maju sebagai calon wakil presiden di pemilihan presiden mendatang," sambungnya.

Terlebih, dalam apat pimpinan nasional dari Partai Gerindra beberapa bulan lalu pun mengamanatkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden.

Ia juga menganggap bahwa komposisi Ganjar Pranowo - Prabowo Subianto juga kurang representatif. Selain itu pencalonan kembali dari Prabowo sebagai calon presiden di pemilihan presiden tahun 2024 bernilai sangat strategis bagi Partai Gerindra.

"Tentu agar dapat menghadirkan efek ekor jas (coattail effect) karena pemilihan presiden dan pemilihan legislatif mendatang akan kembali berlangsung bersamaan dalam satu hari sebagaimana tahun 2019 lalu," jelasnya.

Baca Juga: Rintihan Brigadir J Tunjukan Lubang Tembakan Ditubuhnya, Bikin Ibundanya Menangis: Saya Gak Bisa Berbuat Apa-apa Anakku...

Di sisi lain, ia menganggap komposisi Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar ini jauh lebih representatif. Karena keduanya bisa melengkapi komposisi nasionalis - religius, karena kedua figur tersebut cenderung dipersespikan pemilih berlatarbelakang nasionalis.

"Nenggandeng Muhaimin Iskandar melalui koalisi Partai Gerindra dan PKB juga berpotensi memperluas dukungan basis massa dari pemilih Muslim terutama kalangan Nahdatul Ulama," tegas Bawono.

Bawono menekankan, dalam dua pemilihan presiden lalu Prabowo Subianto sering dilekatkan dengan dukungan dari kelompok-kelompok Muslim konservatif seperti FPI. Maka Partai Gerindra harus belajar dari kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019.

"Sangat penting untuk bisa dapat memperkuat dukungan basis massa pemilih Muslim tradisional Nahdatul Ulama notabene adalah organisasi keagamaan besar di Indonesia," pungkasnya.

Terkait

Terpopuler

Terkini