Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, menyoroti Ijtima’ Ulama Nusantara yang digelar oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Hotel Millenium, Jakarta, pada Jumat-Sabtu (13-14/1/2023).
Menurutnya, Ijtima’ Ulama PKB sama seperti milik Persaudaraan Alumni (PA) 212 karena sesuatu yang sakral digunakan untuk tujuan politik. Ia menegaskan, jika Ijtima’ Ulama digunakan untuk kepentingan politik, maka hal itu bisa berbahaya.
“Ijtima’ Ulama itu sesuatu yang sakral. Maka kalau digunakan untuk kepentingan politik praktis oleh kelompok atau partai politik tertentu, ini akan jadi bahaya,” imbuh Habib Syakur di Jakarta pada Jumat (13/1/2023).
Ia pun mengingatkan kalau konsep Ijtima’ Ulama dalam Islam itu sakral karena para ulama membahas sesuatu untuk kemaslahatan masyarakat, semua umat manusia, alam semesta, sekaligus untuk menyatukan umat.
Dengan begitu, ia berharap ijtima ulama tidak digunakan untuk membungkus kepentingan politik oleh kelompok tertentu. Habib Syakur manyampaikan, “Yang saya khawatirkan, jangan sampai Ijtima Ulama justru hanya dipakai sebagai bungkus dari kepentingan politik ataupun kelompok tertentu. Ini yang perlu saya ingatkan.”
Selain itu, Habib Syakur sendiri merasa Ijtima’ Ulama Nusantara oleh PKB copas alias copy paste dengan PA 212 karena mengarah kepada dukungan politik dan langkah menuju politisasi identitas.
Ia menuturkan, “Saya sebut sama seperti PA 212 karena polanya memang seperti itu. Bahwa arahnya pada identitas politik. PKB seperti krisis kreativitas sehingga meniru-niru PA 212. Saya khawatir Ijtima' Ulama dipakai sebagai bungkus dan alat untuk tujuan politik kekuasaan.”
“Saya bicara seperti ini bukan atas dasar nafsu ataupun kebencian pada siapa pun. Tapi mengingatkan supaya tidak ada pembelahan di Indonesia seperti Pemilu sebelumnya. Indonesia harus bersatu. Jangan sampai ada lagi politisasi identitas,” sambungnya.