Tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang meminta Bharada Richard Eliezer dihukum 12 tahun penjara dalam kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat menui protes dari berbagai kalangan.
Tuntutan JPU dalam sidang lanjutan yang digelar Rabu (18/1/2023) itu dianggap tak masuk akal dan tidak berkeadilan, pasalnya hukuman Bharada Eliezer jauh lebih berat dari terdakwa Putri Candrawathi yang dianggap sebagai otak dari pembunuhan di Duren Tiga, Jakarta Selatan itu.
Salah satu yang ikut protes keras terhadap putusan ini adalah politisi senior Akbar Faizal. Dia menumpahkan kekecewaan serta protes kerasnya lewat akun twitternya @akbarfaizal68.
Menurutnya, tuntutan 12 tahun penjara untuk Bharada Eliezer mesti ditinjau ulang, sebab atas perannya,kasus pembunuhan yang penuh skenario jahat itu bisa terungkap terang benderang seperti saat ini.
"Yth.Pak Jaksa Agung, Terdakwa Richard Eliezer yang pengakuannya jd pintu masuk terbongkarnya kasus ini koq dituntut 12 thn? Tp PC, RR dan KM hny 8 thn. Makna Justice Collaboratornya dimana? Saya mewakili pertanyaan dan kekecewaan byk org Pak. @kejaksaanagung," kata Faizal dilansir Populis.id.
Cuitan Faizal langsung dibanjiri komentar netizen yang ramai-rami ikut protes atas tuntutan JPU itu.
Pengguna akun @widiant59070451 mengatakan, dengan tuntutan yang timpang itu, maka para penegak hukum di negara ini sedang mempertonkan hukum pisau dapur yang tak ke bawah tapi tumpul ke atas.
"Mungkin inilah Definisi HUKUM PISAU DAPUR nyata yg sedang dipertontonkan..! Percuma sidang Berbulan?2; disiarkan ditv jika JC dihukum lebih berat dri para Bajingan yg berkomplot merencanakan pembunuhan J..!" tulisnya.
"Team Jaksa sudah cermat dan cerdas membacakan tuntutannya. Tiba diujung mau membacakan besaran tuntutan, masuk WA dari atasan yg menetapkan besaran tuntutan. Penetapan yg nggak nyambung dg paparan jaksa. Membuat jaksa2 kaget & terbengong2, lalu terisak2 membacakannya. Intervensi?" timpal akun @IbrahimHarahap3
