Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin tampak sangat kesal dengan Faisal Basri. Dia bahkan blak-blakan mengatakan ingin meludahi muka Ekonom Universitas Indonesia (UI) itu.
Kekesalan Ngabalin disebabkan oleh pernyataan Faisal Basri yang baru-baru ini terang-terangan menyerang Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang disebutnya sebagai raja konflik kepentingan atau 'King Conflict of Interest.'
Baca Juga: Ini Baru Mantap! Jokowi Turun Tangan Perintahkan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Dihukum Mati
“Kepengen kuludahi wajahmu serta hatimu yg penuh iri dan dengki” kata Ngabalin dalam sebuah cuitan di akun twitternya @AliNgabalinNew dilansir Populis,id Jumat (3/2/2023).
Ngabalin lantas membalas pernyataan yang memojokan Moeldoko itu dengan menyebut Faisal Basri adalah raja fitnah. Sikap Faisal kata Ngabalin tak sebagus namanya yang sangat islami, justru yang bersangkutan menyerang saudara seimannya dengan sangat brutal.
“Lagi-lagi si Raja FITNAH, namamu bagus Faisal Basri sangat islami tapi BUSUK hatimu. engkau memfitnah sdrmu se-iman dgn sgt keji dia seorang mukmin yg setiap saat memelihara 5 waktunya dengan tertib,” tegas Ngabalin.
Sebagaimana diketahui, Faisal Basri menyebut Moeldoko sebagai raja konflik kepentingan saat menjadi pembicara pada peluncuran Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi yang digelar Transparency International Indonesia (TII) di Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).
Awalnya dia memaparkan tentang bahaya dari konflik kepentingan. Menurutnya yang kondisi konflik kepentingan di Indonesia sudah membahayakan.
"Kalau benturan kepentingan itu masih beradab ya. Kalau ini berkelindan, menyatu dia. Enggak jelas lagi penguasa dan pengusaha itu enggak jelas. Tidak ada batas institusi demokrasi," ujar Faisal Basri.
"Dan kita sudah sampai pada satu titik yang menurut saya sudah SOS (darurat)," sambungnya.
Dia mengatakan para investor yang masuk ke Indonesia menyadari terdapat political risk yang membahayakan usaha mereka.Karenanya investor dari luar negeri tidak ingin berlama-lama di Indonesia. Salah satu sektor yang disasar adalah energi nikel.
"Nah dia akan pilih proyek-proyek yang keuntungannya cepat. Keuntungannya cepat, dia tidak membangun infrastruktur segala macam, pokoknya keruk secepat mungkin bawa pulang, nah itulah smelter nikel,"jelasnya.
Agar cepat mendapatkan keuntungan dalam waktu yang cukup singkat mereka mencari sokongan perlindungan dari penguasa.
"Penguasa itu yang mampu membuat Undang-Undang, mampu memberikan fasilitas luar biasa, seperti tidak bayar pajak keuntungan selama 20 tahun," ujar Faisal Basri.