Ia pun mengusulkan desain pelayanan jemaah haji yang ramah lansia berdasarkan pada enam dimensi dengan mengacu pada Aging in Place Technology Watch Tahun 2010, yaitu:
1. Hotel/asrama haji, yaitu penginapan jemaah haji yang dapat mengakomodir aktivitas lansia dengan menyediakan ruang terbuka, jalan yang melandai, serta akses evakuasi yang mudah.
2. Komunikasi dan informasi, yaitu membangun komunikasi yang efektif dengan lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi penglihatan.
3. Keamanan dan keselamatan, yaitu menyediakan keamanan umum dan pelayanan gawat darurat bagi lansia sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
4. Kesehatan dan kesejahteraan, yaitu pendampingan jemaah haji lansia baik untuk aspek kesehatan, mental maupun spiritual. Contohnya, dengan menyediakan makanan yang baik serta menghadirkan perawat, ahli gizi, dokter spesialis geriatri, dokter gigi, psikolog, dan visitasi oleh ketua kloter dan petugas.
5. Fasilitas dan program pelibatan jemaah haji, yaitu membangun kedekatan dengan menghadirkan program yang melibatkan jemaah haji lansia secara langsung.
6. Transportasi, yaitu menyediakan aksesibilitas yang ramah lansia pada sarana transportasi beserta fasilitas di dalamnya.
Sekretaris Ditjen PHU Ahmad Abdullah yang turut hadir mengatakan bahwa tahun ini jemaah haji lansia yang akan diberangkatkan mencapai 30i total kuota Indonesia.
“Dalam situasi dan kondisi pasca pandemi ini terdapat akumulasi jemaah haji lansia yang pada tahun ini sudah waktunya untuk berangkat. Jadi ini adalah bagian dari pelayanan masyarakat yang harus menjadi perhatian kita bersama agar permasalahan-permasalahan terkait layanan ini bisa segera kita tuntaskan,” harap Abdullah.
Turut hadir dalam mitigasi ini, Kepala Humas Puskes Haji Andi Arjuna Sakti dan Kasubdit Rehabilitasi Sosial KTK dan KPO Kementerian Sosial Dian Bulan Sari.