Jokowi Larang Bisnis Thrifting, Anak Buah Megawati Gak Habis Pikir: Data Apa yang Digunakan?

Jokowi Larang Bisnis Thrifting, Anak Buah Megawati Gak Habis Pikir: Data Apa yang Digunakan? Kredit Foto: Istimewa

Anak buah Megawati, Adian Napitupulu mengaku heran bisnis pakaian impor bekas atau thrifting dianggap membunuh UMKM di Indonesia.

Politisi PDI Perjuangan itu pun mempertanyakan data apa yang dipakai sehingga bisnis thrifting dianggap merugikan.

"Kalau dikatakan bahwa pakaian thrifting itu membunuh UMKM maka izin saya mau bertanya, data apa yang digunakan para menteri itu?" kata Adian kepada wartawan, Sabtu (18/3/2023).

Baca Juga: Depan Al Quran, Amien Rais Bersumpah Bongkar Kebusukan Jokowi dan Luhut Pasca Pemilu 2024

Ia mengatakan, menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, impor pakaian jadi dari negara China menguasai 80 persen pasar di Indonesia.

Menurutnya, ambil contoh di tahun 2019 impor pakaian jadi dari China 64.660 ton sementara menurut data BPS pakaian bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 persen dari impor pakaian jadi dari China.

Kemudian menurutnya, pada 2020 impor pakaian jadi dari China sebesar 51.790 ton sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13 persen dari impor pakaian dari Cina. Tahun 2021 impor pakaian jadi dari China 57.110 ton sementara impor pakaian bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01 persen dari impor pakaian jadi dari China.

Baca Juga: Anies Baswedan Disambut Riuh di Jatim, Rocky Gerung Sebut Posisi NasDem dalam Bahaya

Ia menyampaikan, jika impor pakaian Jadi dari negara China mencapai 80 persen lalu pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam dan beberapa negara lain sekitar 15 persen maka sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5 persen itupun sudah diperebutkan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM dan Pakaian Bekas Impor.

Lebih lanjut, ia mengatakan jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak, maka itu juga bisa diperdebatkan karena data yang disampaikannya di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di Bea Cukai.

Baca Juga: Udah Dilarang Bawaslu Main Politik di Masjid, Anies Tetap Ngotot: Ambisi Jadi Presiden Nih?

"Dari seluruh angka diatas maka sesungguhnya UMKM kita dibunuh siapa? Mungkin urut urutannya seperti ini. UMKM 80 persen di bunuh pakaian jadi impor dari Cina, sementara pakaian jadi impor China saat ini tidak dibunuh, tapi sedang di gerogoti oleh pakaian bekas impor," tuturnya.

"Jadi siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara China atau UMKM Indonesia. Ayo kita sama sama jujur," sambungnya.

Terakhir, ia pun mempertanyakan, kenapa para menteri berlomba lomba mengejar, membakar dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM.

Lihat Sumber Artikel di Warta Ekonomi Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Warta Ekonomi.

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover