Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin belakangan menyarankan mantan pimpinan KPK untuk membuat partai politik (parpol) sendiri dibandingkan berdemonstrasi minta Firli Bahuri mundur. Desakan tersebut buntut polemik pencopotan Brigjen Endar Priantoro dari KPK.
Ngabalin mempertanyakan apa demo itu memang untuk memperbaiki KPK. Karena demo yang dilakukan mantan pimpinan dan pegawai KPK itu menyimpan kebencian yang terselubung.
Baca Juga: Fisik David Ozora Mulai Membaik, tapi Kondisi Sebenarnya Justru Bikin Ngenes, Fungsi Otaknya…
Lantas saja, pernyataan ini langsung ditanggapi mantan Penyidik KPK, Novel Baswedan. Di mana Novel juga turut serta melakukan orasi di depan Gedung Merah Putih untuk mendesak Firli Bahuri mundur sebagai Ketua KPK.
"Belajar logika darimana orang ini ya?" kata dia dari twitter pribadinya pada Jumat (14/4/2023).
Ia menilai saran Ngabalin itu justru membiarkan KPK dirusak dulu. Setelah partainya dibentuk, baru direspons.
"Barangkali maksudnya kalo KPK dirusak seperti apapun biarkan saja. Meresponnya setelah selesai membuat partai politik," katanya.
Selain itu, ia juga bertanya-tanya Ngabalin membela karena berteman dengan Firli, atau karena hal lain.
"Ini temannya Firli atau punya masalah yang takut diungkap oleh Firli jadi terpaksa belain?" pungkasnya.
Baca Juga: Komisi III DPR Bakal Panggil KPK Imbas Kekisruhan Internal, Ada Apa sih?
Diketahui, pihak yang turut berdemonstrasi dimaksud yakni mantan Komisioner KPK Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Saut Situmorang, dan mantan pegawai KPK Novel Baswedan.
Mereka membawa poster bertuliskan 'Dugaan Perkara bocor, Firli Harus Dicopot', 'Masa Depan KPK Lebih Penting Daripada Masa Depan Firli', dan lainnya.
Sementara itu, Ngabalin mengatakan, melaporkan Firli Bahuri ke Dewan Pengawas (Dewas) KPK terkait dugaan pelanggaran etik dan pidana sah-sah saja dalam demokrasi.
Namun, ia menyesalkan jika langkah itu dibarengi dengan adanya desakan mundur hingga berujung orasi.