Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, kembali menceritakan momen saat dirinya hadir dalam rapat dengan pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI untuk membahas transaksi janggal Rp349 triliun di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Sebagaimana diketahui, dalam rapat yang digelar di Gedung DPR RI pada Rabu (29/3/2023) tersebut, Mahfud sempat mendapat interupsi beberapa kali hingga membuat dirinya geram dan merasa seperti sedang dikeroyok.
Mahfud pun menyebut kalau dirinya memang seperti itu adanya, kalau marah, ia akan menyampaikan amarahnya tanpa dibuat-buat. Hal itu disampaikan olehnya saat hadir sebagai bintang tamu di salah satu konten YouTube Helmy Yahya.
Mahfud mengatakan, “Kalau sudah marah ya marah, tetapi waktu itu memang ada nada marah karena waktu itu DPR mau mengundang saya, saya sedang di Australi. Saya bilang ‘saya jadwalkan Senin’. Oke Senin saya dateng, tiba-tiba DPR-nya yang enggak bisa, tapi dia minta Selasa. Loh Selasa saya ikut presiden ke Papua saya bilang.”
“Terus dia (DPR) ‘kalau begitu kamu mengundang Kepala PPATK aja’, ‘loh jangan dong Kepala PPATK, PPATK itu kan di bawah saya dalam konteks komite’ saya bilang begitu sama si Arsul, ‘jangan PPATK, harus saya yang menjawab’,” ujar Mahfud menirukan percakapannya dengan anggota Komisi III DPR, Arsul Sani, dikutip Populis.id dari kanal YouTube Helmy Yahya Bicara yang diunggah pada Minggu (16/4/2023).
Namun, ternyata DPR tetap mengundang Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana. Mahfud menyebut dirinya sempat dituding berbagai macam, tapi hal itu disampaikan ke Ivan.
“Tetap diundang (Kepala PPATK), kan tidak berani kalau tidak datang. PPATK diundang lalu dimarah-marahin, dituding-tuding gitu. Yang dituding saya, tapi dipantulkan lewat si anu (PPATK) itu. Wah waktu itu lalu ya saya bilang ‘besok saya akan lawan ini’,” tutur Mahfud.
Ia menambahkan, “Apalagi kemudian bukan saya loh yang nantang datang. Yang nantang itu sahabat saya juga, Pak Benny Harman. Dia bilang ‘Mahfud MD harus berani datang membuka itu’. Lalu tiga jam sesudah dia ngomong gitu, saya tweet ‘Bismillah saya akan datang, tapi Benny, Arsul, dan Arteria harus datang’. Bukan saya yang nantang, itu saya yang jawab (tantangan) sebenernya.”
Saat ditanya apakah ia tidak takut, Mahfud pun dengan tegas menyebut dirinya dari dulu tidak takut. Helmy kemudian mengaku dirinya sempat ketakutan saat dipanggil DPR ke RDP.
Mahfud menanggapi, “Nah itu yang saya lihat. Ini kok teman-teman kalau dipanggil DPR pada takut, menteri itu harus menyiapkan ini, menyiapkan itu, melebihi ini, melebihi itu, ngapain saya bilang. Datang aja, kalau ditanya ya dijawab aja, kenapa? Kalau Anda tidak salah, jawab aja, kalau saya ditanya ya jawab, gitu aja.”
Mahfud menegaskan kalau posisi DPR tidak lebih tinggi dari menteri sehingga menurutnyal para menteri tidak perlu takut jika dipanggil. Ia juga merasa menteri yang datang sering diomeli anggota dewan seolah mereka adalah bawahannya.
Ia mengarakan, “Ini biar ada keseimbangan di dalam demokrasi, ada poros-poros kekuasaan. Jangan DPR itu pengawas, ya pengawas itu tidak lebih tinggi loh itu, hanya fungsinya aja pengawas, minimal sejajar.”
“Saya melihat selama ini kalau menteri ke DPR kok seperti bawahan ya, dimarah-marahi, macem-macem, kalau saya bilang ‘jangan dong kalau saya, jangan dimarahi, kita nih sejajar’. Memang Anda siapa? Saya siapa? Gitu aja,” tandas Mahfud.