Insiden penembakan terhadap rombongan diplomat Indonesia yang sedang menjalankan misi kemanusiaan di Myanmar turut disorot Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet). Politisi Golkar itu mengecam insiden tersebut karena seharusnya rombongan mendapatkan pengawalan yang memadai.
Menurut Bamsoet, insiden penembakan, kendati tidak menimbulkan korban jiwa, menjadi sinyal eskalasi kekerasan di Myanmar sudah mencapai puncak. Maka segala tindakan kekerasan harus dihentikan.
“MPR menyayangkan aksi baku tembak atau serangan terhadap para diplomat dari ASEAN tersebut, dan meminta agar kekerasan di Myanmar segera diakhiri karena akan menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Myanmar dan akan menimbulkan lebih banyak korban,” kata Bamsoet, dalam keterangan tertulis, yang diterima di Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Rombongan diplomat Indonesia yang membawa bantuan kemanusiaan dari negara anggota ASEAN diserang pada Senin (8/5/2023), atau menjelang pelaksanaan KTT ASEAN di Labuan Bajo, NTT. Baku tembak terjadi ketika rombongan dalam perjalanan untuk mengirim bantuan kemanusiaan.
Rombongan tersebut antara lain terdiri atas diplomat Indonesia dan Singapura, serta pejabat yang mengoordinasikan bantuan-bantuan dari negara ASEAN. Beruntung para diplomat berada dalam situasi aman.
Bamsoet menegaskan MPR mendukung langkah cepat pemerintah RI menyuarakan penghentian kekerasan di Myanmar, dan mendorong pelaksanaan lima poin konsensus antara lain mengenai bantuan kemanusiaan.
Kendati begitu, Bamsoet juga menuntut peran optimal dari Kemenlu berkoordinasi dengan pemerintah Myanmar menginvestigasi insiden penembakan.
“Pemerintah dalam hal ini, Kemenlu, harus melakukan komunikasi efektif dan berkoordinasi dengan pemerintah Myanmar untuk menginvestigasi peristiwa tersebut dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku,” ujarnya.