Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli, memberikan tanggapan menohok terhadap pernyataan Wasekjen Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin, yang menolak konser Coldplay di Indonesia.
Novel sendiri meminta pemerintah untuk segera menolak konser tersebut dan menyarankan promotor untuk membatalkannya karena jika masih nekat, PA 212 mengancam akan mengepung bandara saat Coldplay tiba di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Guntur Romli menyebut ancaman Novel seperti "gigi ompong". Pasalnya, hal itu tidak bisa dilakukan karena bandara adalah fasilitas umum sehingga mereka akan berhadapan dengan hukum jika mencoba-coba untuk mengepung.
“Ancaman itu sebenarnya tak lebih sebagai 'gigi ompong' karena tidak akan pernah bisa dilaksanakan,” ucapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube COKRO TV yang videonya diunggah pada Senin (15/5/2023).
Guntur Romli menambahkan, “Bandara adalah tempat vital, fasilitas umum, objek vital, yang tidak bisa dikepung seenaknya karena itu merupakan sabotase. Novel Bamukmin akan berhadapan dengan penegak hukum kalau coba-coba mengepung bandara.”
Ia kemudian menyinggung alasan Novel yang menolak konser Coldplay karena Chris Martin Cs itu merupakan ateis dan pendukung kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Ia menjelaskan, “Yang lebih lucu lagi dan terlihat sangat bodoh, Novel Bamukmin mengatakan dia menolak Coldplay karena katanya ateis. Ini benar-benar lucu dan bodoh karena Chris Martin, vokalis dari Coldplay itu menyatakan dirinya allteis, bukan ateis, beda sekali dua makna ini.”
Baca Juga: JK Sebut AHY Punya Kesempatan untuk Jadi Cawapres Anies Baswedan, Simak!
“Kalau ateis itu tidak percaya Tuhan sama sekali, kalau allteis itu adalah kepercayaan yang mempercayai, yang menghormati semua Tuhan yang ada di semua agama dan kepercayaan,” sambungnya.
Terkait masalah LGBT, Guntur Romli mengaitkannya dengan perhelatan Formula E yang diselenggarakan oleh eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Menurutnya, saat itu ancaman Novel juga seperti “gigi ompong”.
“Saya jadi teringat salah satu alasan dari penolakan Novel Bamukmin juga dengan PA 212 ketika Formula E di Jakarta waktu zaman Anies Baswedan karena waktu itu sponsor utama dari Formula E adalah minuman beralkohol, Heineken, dan juga organisasi atau perusahaan yang menyatakan dukungannya terhadap LGBT,” pungkasnya.
Guntur Romli menambahkan, “Ternyata Formula E juga tetap terlaksana di Jakarta dan ancaman-ancaman Novel Bamukmin pada waktu itu juga seperti gigi ompong yang tidak bisa menggigit, hanya omong kosong belaka.”
Menurutnya, konser Coldplay harus dilihat dari segi bahwa Indonesia kehadiran grup musik internasional kelas dunia. Ia menjelaskan, “Karena soal konser ini yang harus dilihat adalah kehadiran grup musik internasional kelas dunia yang akan memberikan dampak terhadap Indonesia, khususnya Jakarta.”
“Dari sisi ekonomi juga sudah jelas, kemudian juga dari sisi pariwisata, dan yang paling penting menurut saya adalah meyakinkan publik dunia bahwa Indonesia, bahwa Jakarta aman-aman saja, sangat kondusif untuk tampilnya sebuah konser musik sekelas Coldplay,” tambahnya.
Oleh karena itu, penolakan yang dilakukan oleh Novel dan PA 212 terhadap konser Coldplay justru akan menjerumuskan Indonesia kepada opini jahat dunia bahwa Indonesia tidak aman, tidak kondusif, dan dikuasai oleh kelompok radikal.
“Sehingga para seniman dunia, para artis dunia, para grup musik dunia juga akan melihat ada ancaman di Indonesia, makanya mereka tidak akan pernah tampil di Indonesia atau pun di Jakarta,” tandas Guntur Romli.